TANGERANG - Setelah melakukan mogok dagang sejak 21 -23 Februari, kini sejumlah perajin tempe dan tahu sudah kembali berproduksi.
Yusuf, salah satu perajin tahu dan tempe, mengaku aksi mogok yang dilakukannya kemarin tidak membuahkan hasil. Pasalnya harga kedelai tetap saja tinggi.
“Gak ada hasil dari mogok produksi kemarin. Harga kedelai tetap tinggi gak ada penurunan sama sekali. Namun kalau kita mogok terus gimana kita mau hidup,” kata Yusuf, Kamis, 24 Februari.
“Ya mau gak mau demi kehidupan pabrik dan karyawan kita produksi meski jumlahnya kita kurangi,” sambungnya.
Yusuf menceritakan untuk mensiasati harga kedelai yang tinggi. Dirinya mengurangi ukurannya menjadi lebih kecil.
“Perkilogramnya sekarang masih 11.700 dari sebelumnya 8 ribu,” jelas Yusuf.
Selain itu, Yusuf mengaku menaikan harga per satu papan yang berisikan 55 potong tahu dengan harga Rp65.000 - Rp70.000. Sementara untuk tempe, dengan harga Rp6.000 ribu.
BACA JUGA:
“Harga kita juga naikin, dari sebelumnya satu papan tahu 55.000 - 60.000 kita naikin jadi 65.000 – 70.000 ribu. Dan tempe sebelumnya Rp5.000 menjadi Rp6.000 per lonjornya,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Yusuf mengakui dengan menaiki harga akan berdampak pada penjualannya. Kendati demikian, dirinya hanya bisa pasrah perihal kenaikan kedelai tersebut.
“Harapan kita, pemerintah mau dengar kita, turunin lagi harga kedelai karena tempe dan tahu itu konsumsi kita semua orang Indonesia yang harus kita lestarikan,” tandasnya.