Rusia Gelar Operasi Militer Khusus, Presiden Putin: Rencana Kami Tidak Termasuk Pendudukan Wilayah Ukraina

JAKARTA - Rusia melancarkan invasi habis-habisan ke Ukraina melalui darat, udara dan laut pada Hari Kamis, serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan konfirmasi dari ketakutan terburuk Barat.

Rudal Rusia menghujani kota-kota Ukraina, dengan otoritas setempat melaporkan barisan pasukan mengalir melintasi perbatasannya ke wilayah timur Chernihiv, Kharkiv dan Luhansk, mendarat melalui laut di kota Odessa dan Mariupol di selatan.

Ledakan terdengar sebelum fajar di ibukota Ukraina, Kyiv. Tembakan terdengar di dekat bandara utama dan sirene meraung di seluruh kota.

Seorang penduduk kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv, kota besar terdekat dengan perbatasan Rusia, mengatakan jendela-jendela di blok-blok apartemen bergetar karena ledakan terus-menerus. Kota itu dilanda kepanikan ketika orang-orang mencoba melarikan diri, kata warga yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu.

Presiden Ukraina Volodymur Zelenskiy mengatakan tujuan pemimpin Kremlin Vladimir Putin adalah untuk menghancurkan negaranya.

"Putin baru saja meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina. Kota-kota Ukraina yang damai sedang diserang," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Twitter, seperti mengutip Reuters 24 Februari.

"Ini adalah perang agresi. Ukraina akan mempertahankan dirinya sendiri dan akan menang. Dunia dapat dan harus menghentikan Putin. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang," tegasnya.

Akibat serangan ini, sedikitnya delapan orang tewas dan sembilan lainnya luka-luka akibat serangan Rusia, kata seorang penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina.

Presiden Putin menyatakan dalam pidato yang disiarkan televisi, ia telah memerintahkan 'operasi militer khusus' untuk melindungi orang-orang, termasuk warga negara Rusia yang telah menjadi sasaran 'genosida' di Ukraina, sebuah tuduhan yang telah lama digambarkan Barat sebagai propaganda yang tidak masuk akal.

Ilustrasi militer Rusia. (Sumber: Kementerian Pertahanan Rusia)

"Dan untuk ini kami akan berjuang untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Rusiatidak bisa merasa aman, berkembang, dan hidup dengan ancaman terus-menerus yang berasal dari wilayah Ukraina modern. Semua tanggung jawab atas pertumpahan darah akan berada di tangan hati nurani rezim yang berkuasa di Ukraina," tegasnya.

Terpisah, Presiden AS Joe Biden mengatakan doanya menyertai rakyat Ukraina "karena mereka menderita serangan yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan", sambil menjanjikan sanksi keras sebagai tanggapan. Dia akan bertemu dengan para pemimpin G7, katanya.

Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell juga menjanjikan sanksi keuangan terberat yang pernah dijatuhkan blok tersebut.

"Ini adalah salah satu jam paling gelap di Eropa sejak Perang Dunia Kedua," tukasnya..

Lingkup penuh operasi militer Rusia tidak segera jelas tetapi Putin mengatakan: "Rencana kami tidak termasuk pendudukan wilayah Ukraina. Kami tidak akan memaksakan apa pun dengan paksa."

Berbicara ketika Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat di New York, Presiden Putin mengatakan dia telah memerintahkan pasukan Rusia untuk melindungi rakyat dan meminta militer Ukraina untuk meletakkan senjata mereka.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengimbau para pemimpin dunia untuk menjatuhkan semua kemungkinan sanksi terhadap Rusia, termasuk terhadap Putin.

Tiga jam setelah Putin memberikan perintahnya, kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah menghancurkan infrastruktur militer di pangkalan udara Ukraina dan menurunkan pertahanan udaranya, media Rusia melaporkan.

Sebelumnya, media Ukraina melaporkan bahwa pusat komando militer di Kyiv dan kota Kharkiv di timur laut telah diserang oleh rudal, sementara pasukan Rusia telah mendarat di kota pelabuhan selatan Odessa dan Mariupol.

Seorang saksi Reuters kemudian mendengar tiga ledakan keras di Mariupol. Separatis yang didukung Rusia di timur kemudian mengatakan mereka telah merebut dua kota, kantor berita RIA melaporkan. Tidak ada komentar segera oleh pihak berwenang di Ukraina.

Rusia mengumumkan akan menutup semua pengiriman di Laut Azov. Rusia mengendalikan selat yang mengarah ke laut di mana Ukraina memiliki pelabuhan termasuk Mariupol.

"Rusia sendiri bertanggung jawab atas kematian dan kehancuran yang akan ditimbulkan serangan ini, dan Amerika Serikat serta Sekutu dan mitranya akan merespons dengan cara yang bersatu dan tegas," tegas Presiden Biden, yang berbicara kepada Zelenskiy melalui telepon.

Terpisah, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk tindakan Rusia sementara Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan sekutu NATO akan bertemu untuk mengatasi konsekuensi dari "serangan sembrono dan tidak beralasan" Rusia.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, berbicara setelah pertemuan Dewan Keamanan, membuat permohonan menit terakhir kepada Putin untuk menghentikan perang "atas nama kemanusiaan".

China, yang menandatangani perjanjian persahabatan dengan Rusia tiga minggu lalu, mengulangi seruan agar semua pihak menahan diri dan menolak deskripsi tindakan Rusia sebagai invasi. Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Putin telah memilih "jalan pertumpahan darah dan kehancuran".

Untuk diketahui, Ukraina menutup wilayah udaranya untuk penerbangan sipil dengan alasan risiko tinggi terhadap keselamatan, sementara regulator penerbangan Eropa memperingatkan bahaya terbang di daerah perbatasan Rusia dan Belarus.