Kesal Harga Naik, Pedagang Daging di Jakarta dan Daerah Penyangga Bakal Mogok Dagang 5 Hari
JAKARTA - Pedagang daging di Jakarta dan daerah penyangga yang masuk dalam kawasan aglomerasi Jabodetabek berencana untuk melakukan mogok dagang di pasar selama lima hari.
Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan mengungkapkan, penyebab mogok dagang dari para penjual daging ini disebabkan kenaikan harga daging sapi yang nantinya akan dijual kembali di pasar.
Ketika pedagang terpaksa menaikkan harga karena harga daging di rumah pemotongan hewan melebihi harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, dikhawatirkan masyarakat juga enggan membeli daging dari pedagang pasar.
"Kami mendapat laporan memang di beberapa titik akan melakukan aksi mogok dagang daging. Memang, kita lihat di jabodetabek ini cukup tinggi harga daging, bahkan ada yang mencapai Rp166 ribu (per kilogram)," kata Reynaldi saat dihubungi VOI, Selasa, 22 Februari.
Baca juga:
- Penjual Tahu dan Tempe Tidak Terlihat di Pasar Rawasari Sejak Pagi, Konsumen Mulai Resah
- Harga Kedelai Menjulang, Pelaku Usaha Warteg: Bisa-Bisa Tempe di Tempat Kami Setipis Kartu ATM
- Jangan Kaget Kalau Tahu Tempe di Warung Tegal Ukurannya Lebih Kecil, Itu karena Pelaku Usaha Warteg Enggak Tega Naikkan Harga
Reynaldi mengungkapkan, aksi mogok dagang daging yang direncanakan berjalan mulai Rabu, 23 Februari hingga Minggu, 27 Februari ini merupakan bentuk kekesalan dan protes kepada pemerintah.
Sebab, saat ini persoalan kenaikan serta kelangkaan minyak goreng dan kedelai masih belum terselesaikan. Ditambah, saat ini harga daging juga mulai melambung.
"Memang ini bentuk kekesalan pedagang karena sampai hari ini tidak ada persoalan yang bisa diselesaikan oleh pemerintah," ungkap Reynaldi.
Sebagaimana diketahui, pedagang daging se-Jabodetabek juga pernah melakukan aksi mogok berjualan pada tanggal 20 hingga 22 Januari 2021. Penyebab mogok ini juga disebabkan oleh kenaikan harga daging di rumah pemotongan hewan.