Akui Keamanan Jangka Panjang hanya Dapat Dicapai Bersama Rusia, Kanselir Jerman: Perang di Eropa Tak Terbayangkan
JAKARTA - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Hari Selasa, dia melihat ruang untuk lebih banyak diplomasi untuk mencegah perang antara Rusia dan Ukraina, setelah empat jam pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin, menjelaskan dia menolak untuk melihat situasi sebagai tanpa harapan.
Perjalanan satu hari Kanselir Scholz setelah kunjungan ke Kyiv pada hari Senin adalah bagian dari upaya Barat untuk mencoba mencegah kemungkinan serangan karena lebih dari 100.000 tentara Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina.
"Kemungkinan diplomatik masih jauh dari habis," ujar Kanselir Scholz pada konferensi pers bersama dengan Presiden Putin seperti melansir Reuters 16 Februari.
Dengan nada yang lebih positif daripada beberapa pemimpin Barat lainnya, Kanselir Scholz mengatakan itu adalah pertanda baik, beberapa pasukan Rusia kembali ke pangkalan setelah latihan di dekat Ukraina.
Meski demikian dengan cepat ditambahkan, dirinya berharap lebih banyak lagi pasukan yang mengikuti langkah serupa.
"Seharusnya mungkin untuk menemukan solusi. Tidak peduli seberapa sulit dan serius situasinya, saya menolak untuk mengatakan itu tidak ada harapan," jelas Kanselir Scholz.
Lebih jauh Kanselir Scholz mengakui, keamanan jangka panjang di Eropa hanya dapat dicapai bersama dengan Rusia.
"Bagi generasi saya, perang di Eropa tidak terbayangkan. Kita harus memastikannya tetap seperti itu," ujar Kanselir Scholz, yang mulai menjabat pada Desember tahun lalu..
"Adalah tanggung jawab kita sebagai pemimpin negara dan pemerintah untuk mencegah eskalasi militer di Eropa," tegasnya.
Kanselir Scholz, yang telah menuai kritik di dalam dan luar negeri terkait Ukraina dan tidak lantang menentang Rusia juga mengatakan, sementara NATO dan Uni Eropa tidak setuju dengan tuntutan Rusia, ada beberapa poin yang perlu didiskusikan.
Dalam pertemuan ini, Kanselir Jerman kembali memilih untuk menghindari mengatakan bakal mengakhiri pipa gas Nord Stream 2 jika terjadi invasi, hanya mengatakan akan ada konsekuensinya.
Namun, pada konferensi pers, Kanselir Scholz menyuarakan keprihatinan tentang masalah hak-hak sipil, termasuk penutupan kelompok hak asasi manusia, Memorial, pada bulan Desember.
Baca juga:
- Bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Rusia Vladimir Putin: Kami Tidak Menginginkan Perang
- Sebut Belum Memverifikasi Penarikan Pasukan Rusia, Presiden AS Joe Biden: Invasi Tetap Mungkin Terjadi
- Bicara dengan Rusia dan Ukraina, Sekjen PBB: Jangan Menggagalkan Tujuan Perdamaian
- Media Barat Sebut 16 Februari Kemungkinan Hari Invasi, Presiden Zelenskiy: Kami akan Menjadikannya Hari Persatuan
Menariknya, Kanselir Scholz dan Presiden Putin juga bertukar pendapat mengenai NATO. Presiden Putin mengkritik NATO, mengatakan telah meluncurkan perang di Eropa dengan mengebom bekas Yugoslavia pada 1999. Kanselir Scholz membalas, mengatakan ini dilakukan untuk mencegah genosida, referensi untuk penganiayaan etnis Albania di Kosovo. Dan, Presiden Putin menimpali, Rusia menganggap perlakuan terhadap etnis Rusia di wilayah Donbass di Ukraina timur sebagai genosida.