Ilmuwan Berhasil Kembangkan Kulit Sintetis yang Bisa Rasakan Sakit
JAKARTA - Para peneliti dari RMIT University berhasil membuat sebuah inovasi baru, yakni kulit buatan elektronik yang dapat merasakan sakit. Hal ini menandai kemajuan yang signifikan menuju teknologi biomedis generasi mendatang, seperti terciptanya prostetik cerdas, dan bahkan robot cerdas.
Diketahui dari laporan Ubergizmo, Senin 7 September, kulit ini dibuat menggunakan perangkat elektronik tipis yang dilengkapi dengan sensor tekanan, lapisan reaktif suhu, dan sel memori seperti otak.
"Kulit adalah organ sensorik terbesar tubuh kita, dengan fitur kompleks yang dirancang untuk mengirimkan sinyal peringatan cepat ketika ada yang sakit. Kami merasakan sesuatu sepanjang waktu melalui kulit, tetapi respons rasa sakit kami hanya muncul pada titik tertentu, seperti saat kami menyentuh sesuatu yang terlalu panas atau terlalu tajam" ungkap ketua peneliti Profesor Madhu Bhaskaran.
Perkembangan awal penelitian, tampaknya menghasilkan kulit yang cukup sensitif untuk membedakan antara rasa sakit yang mungkin dirasakan dengan menusuk diri sendiri seperti halnya dengan benda tajam.
Baca juga:
"Tidak ada teknologi elektronik yang mampu secara realistis meniru rasa sakit yang sangat manusiawi itu hingga sekarang. Kulit buatan kami bereaksi seketika saat tekanan, panas, atau dingin mencapai ambang batas yang menyakitkan," ujar Bhaskaran.
"Ini adalah langkah maju yang penting dalam pengembangan umpan balik canggih di masa depan. sistem yang kami butuhkan untuk menghadirkan prostetik yang benar-benar cerdas dan robotika yang cerdas," imbuhnya.
Bhaskaran menjelaskan, nantinya kulit yang dapat merasakan rasa sakit semacam ini juga berguna untuk kasus di mana penderita diabetes telah kehilangan rasa sakit di kaki mereka. Jadi, dengan menggunakan kulit yang dapat merasakan nyeri bisa memberitahu mereka jika ia menginjak sesuatu guna mencegah infeksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan amputasi anggota badan.
Selain mengerjakan prototipe kulit yang dapat merasakan nyeri ini, para peneliti ini juga telah mengembangkan perangkat elektronik yang dapat diregangkan. Perangkat ini tidak hanya dapat mendeteksi tetapi juga merespons perubahan suhu dan tekanan.
Dengan perkembangan lebih lanjut, kulit buatan yang dapat diregangkan ini dapat menjadi pilihan untuk cangkok kulit non-invasif ketika pendekatan secara tradisional bukanlah pilihan yang layak atau tidak berfungsi di masa depan.
"Kami membutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam aplikasi biomedis, tetapi dasar-dasarnya biokompatibilitas, kemampuan meregang seperti kulit sudah ada," kata Bhaskaran.