Prediksi Menkes Malaysia: Kasus COVID-19 di Negeri Itu Bisa Mencapai 15 Ribu

JAKARTA - Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin memprediksi kasus COVID-19 di negara ini bisa mencapai 15.000 kasus karena masih banyak warga usia lanjut yang belum mendapatkan suntikan booster.

"Sekarang menuju gelombang omicron penuh. Kasus akan mencapai 15 ribu tidak lama lagi. Masih ada satu juta warga usia lanjut yang tidak mendapat dos booster," ujar anggota parlemen Daerah Pemilihan Rembau tersebut melalui tweet-nya di Kuala Lumpur, Sabtu seperti dikutip Antara.

Politikus UMNO tersebut meminta kepada para orang tua agar segera mendapatkan suntikan booster.

"Tolong sampaikan kepada orang-orang tua kesayangan anda untuk mendapat dos booster dengan segera," katanya.

Dia mengatakan walaupun vaksin bisa mengurangi penularan namun tujuan utama vaksin COVID-19 adalah mengurangi keseriusan gejala.

"Dengan dos booster perlindungan anda dari pada gejala serius yang bisa menyebabkan masuk ke rumah sakit atau ICU akan lebih baik," katanya.

Khairy juga sependapat dengan pandangan Direktur Institut Riset Klinik (ICR) NIH Kementrian Kesehatan Malaysia, Dr Kalai Peariasamy.

Riset di Malaysia menunjukkan lebih 90 persen perlindungan terhadap penularan COVID-19 dari vaksin primer dan dosis booster dibanding dua dosis lengkap.

"Perlindungan vaksin heterologous (dua kali Sinovac plus Pfizer) lebih tinggi dibanding vaksin homologous (tiga kali Sinovac)

Sementara itu pada 6 Februari 2022 jumlah kasus COVID-19 dilaporkan adalah 10.089 kasus sehingga menjadikan jumlah kumulatif sebanyak 2.914.220 kasus.

Dirjen Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah mengatakan dari jumlah tersebut sebanyak 77 kasus (0.76 persen) kategori tiga, empat dan lima sedangkan 10.012 kasus (99.24 persen) kategori satu dan dua.

Kategori satu adalah pasien tidak bergejala, kategori dua bergejala ringan, kategori tiga menderita radang paru-paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit, kategori empat memerlukan bantuan oksigen dengan rata-rata perawatan di ICU 14 hari.

Sedangkan kategori lima adalah pasien kritis dan memerlukan bantuan pernapasan dengan rata-rata perawatan di ICU selama 21 hari.

Tokoh media Malaysia, Azman Ujang, meminta masyarakat tidak panik dengan kenaikan kasus tersebut.

"Apapun angka tiada justifikasi untuk panik. Teruskan 'KitaJagaKita'. Hidup dengan pandemik. Jika dianalisa lebih 98 persen kasus yang muncul tidak memerlukan perawatan ICU," ujar mantan pimpinan kantor berita Malaysia, Bernama tersebut.