Kerja Bakti Massal, Wali Kota Surabaya Terima Banyak Keluhan Warga soal Banjir
SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menerima banyak keluhan warga seputar saluran air dan penanganan banjir saat kerja bakti massal yang diselenggarakan di seluruh wilayah kecamatan se-Kota Pahlawan, Jawa Timur.
"Kami tadi sempat menerima keluhan warga. Alhamdulillah setelah itu kami kumpul bareng untuk menyelesaikan apa sih masalah yang ada di kampung ini," kata Wali Kota Eri Cahyadi saat membersihkan saluran air di Jalan Nyamplungan Balokan dan Nyamplungan Gang XII, Kelurahan Pegirian, Kecamatan Semampir, Surabaya dikutip Antara, Minggu, 30 Januari.
Usai dari Nyamplungan, Wali Kota Eri bersama jajarannya beranjak menuju ke perkampungan berikutnya di Jalan Sombo Gang 5, Kecamatan Semampir Surabaya. Di lokasi kedua ini, Wali Kota Eri masuk ke gang–gang menyapa warga yang sedang sibuk kerja bakti.
Bahkan tak segan, ia turut serta membantu warganya mengeruk saluran air dengan menggunakan serokan besi. Setelah itu, Wali Kota Eri bersama jajarannya pindah ke lokasi lain, tepatnya di Jalan Sidotopo Sekolahan Gang I, Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir. Di sana Wali Kota Eri disambut oleh warga, kemudian ikut gabung bekerja bakti.
Terakhir, Wali Kota Eri duduk bersama warga RW 5 di pinggir Jalan Sidotopo Sekolahan Gang I beristirahat sembari menikmati gorengan. Di sela-sela itu, ia menerima keluhan warganya dan memberikan solusi terbaik agar tidak ada lagi genangan di kampung ini.
"Keluhannya ya tadi itu terkait saluran, terkait sungai. Jadi Insya Allah selesaikan bareng–bareng, karena saya ingin menyelesaikan perkampungan itu ya dengan RT dan RW kayak tadi ini. Kalau kebersamaan itu dilakukan, Insya Allah selesai permasalahan itu. Ini Pak RW-ne top," katanya.
Salah satu warga yang curhat ke Wali Kota Eri soal saluran dan sulitnya air surut ketika hujan, itu adalah Mulyono, Wakil Ketua RW 5, Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir. Ketika bertemu orang nomor satu di Kota Pahlawan itu, Mulyono mengatakan penyebab utama genangan di wilayahnya itu adalah belum adanya perbaikan gorong–gorong.
"Ini kan wilayahnya luas, ada Sidotopo Sekolahan Gang I, Gang II dan Gang III. Untuk di Gang II itu gorong–gorongnya belum diperbaiki dari dulu, sudah diajukan ke Cipta Karya tapi gagal, karena waktu itu terjadi pandemi pertama," kata Mulyono.
Baca juga:
- Anggota Brimob Tembak Penambang Ilegal di Pulau Buru Maluku, Sudah Ditahan dan Akan Dipecat Polda
- Ada Korban Meninggal dalam Kerangkeng, Kapolda Sumut Tegaskan Bakal Usut Tuntas Kasus Sel Mirip Penjara di Rumah Bupati Langkat
- KSP: Pemindahan IKN Jadikan Indonesia Tak Lagi Jawa Sentris
- Pria Pemeras Pura-pura Pincang Modus Mengaku Jadi Korban Tabrak Lari di Pasar Rebo Jaktim Ditangkap Polisi
Penyebab genangan susah surut itu di karena ada beberapa oknum warga yang susah dinasihati soal larangan membuang sampah di sungai. Selain itu, kata dia, yang membuat air susah surut adalah penyempitan saluran, yang disebabkan oleh pembangunan rumah di atas lahan fasilitas umum (fasum).
"Inginnya kami itu jangan sampai air itu numpuk di atas fasum. Jadinya kan menyempit, kemudian tergenang gitu kan merugikan warga lainnya," katanya.
Seperti diketahui, kerja bakti massal ini diselenggarakan serentak di seluruh kecamatan se-Kota Surabaya. Berdasarkan Surat Edaran (SE) Wali Kota Nomor 660.2/1430/436.7.10/2022 yang diterbitkan pada Rabu 25 Januari 2022 lalu.
Dalam kerja bakti ini Wali Kota Eri ingin warganya bergerak bersama membersihkan saluran dan lingkungan untuk mencegah genangan dan memberantas nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Hebi Agus Djuniantoro menjelaskan, dalam kerja bakti massal ini pihaknya bersama Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya menggerakkan 34 unit dump truk dan 2.000 karung sampah di setiap kecamatan. Kemudian, sampah hasil dari kerja bakti ini diangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.
"Kami harap masyarakat bisa sadar akan lingkungannya, karena saat ini masih musim penghujan dan rawan terjadi genangan. Bahkan, genangan itu bisa menyebabkan penyakit, seperti halnya DBD yang terjadi akhir-akhir ini," katanya.