Sekolah di Wuhan Kembali Buka Setelah 7 Bulan Tutup Akibat COVID-19
JAKARTA - Suasana haru biru mengiringi pembukaan sekolah di Wuhan China setelah tujuh bulan tutup karena pandemi COVID-19. Meskipun kasus COVID-19 telah menurun, para orang tua dan guru memperingatkan agar tidak lengah.
Melansir Reuters, Kamis 3 September, kota yang pertama kali menjadi titik episentrum penyebaran virus corona baru, telah mengizinkan 2.800 lembaga pendidikan memulai semester baru. Hal tersebut membuka pintu bagi hampir 1,4 juta siswa untuk pertama kalinya bersekolah di kelas yang telah ditutup sejak Januari.
Di luar sekolah dasar Jalan Wuluo, terlihat kehidupan telah kembali normal. Kegiatan ekonomi seperti warung makan dan toko serba da kembali subur.
"Selama epidemi, anak-anak berada di rumah lebih dari setengah tahun dan hampir dalam segala aspek mereka tidak dapat belajar sebaik di sekolah," kata Wei Fanling seorang warga setempat. Ia mengaku lega kini anaknya bisa kembali bersekolah.
Kendati demikian, ia mengatakan akan tetap waspada. "Meski wabah ini sudah berakhir, kami tetap tidak bisa santai," katanya.
Korban tewas di Wuhan sebanyak 3.869 orang, menyumbang lebih dari 80% dari total korban meninggal akibat COVID-19 di China. Meski demikian, Wuhan belum melihat satu pun penularan lokal sejak pertengahan Mei. Sementara di kompleks perumahan yang paling dekat dari sekolahan, terdapat sekitar 40 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi.
Sementara itu lembaga pendidikan Wuhan mencoba untuk melupakan tahun yang penuh gejolak. Mereka masih melakukan tindakan pencegahan khusus salah satunya dengan pengukuran suhu tubuh terhadap anak-anak yang dilakukan secara teratur.
Pemerintah telah menyarankan para orang tua untuk sebisa mungkin menghindari transportasi umum. Bus diusahakan dalam keadaan setengah kosong, siswa diharapkan untuk diantar ke sekolah dengan mobil pribadi atau skuter listrik.
Universitas Wuhan, meskipun aktif dan telah memulai proses belajar mengajar selama lebih dari seminggu dan bersiap untuk menerima kelompok siswa baru, menutup kampusnya untuk mencegah orang luar yang tidak berwenang masuk. Semua mahasiswa akan dites COVID-19 sebelum diizinkan masuk kampus. Mereka yang kembali dari luar negeri akan dikarantina di penginapan kampus selama 14 hari.
Baca juga:
Qiao Qiong, seorang dosen berusia 40 tahun yang putranya belajar di sekolah Wuluo Road, mengatakan dia senang bahwa sekolah di rumah yang berjalan selama berbulan-bulan sekarang telah berakhir. Tetapi kata "normal" untuk menggambarkan suasana saat ini masih jauh.
“Virus itu bukan hal kecil, jadi saya yakin kita masih butuh waktu. Mungkin akan ada beberapa situasi darurat tapi kami sangat siap untuk itu,” ujarnya.