Dinkes: Audit Komnas KIPI Siswa Cianjur Meninggal karena Infeksi Otak Bukan Vaksinasi COVID
CIANJUR - Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat menyebutkan, siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) yang meninggal bukan karena vaksinasi melainkan karena riwayat penyakit infeksi otak. Hal ini diketahui melalui audit yang dilakukan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI).
"Kesimpulan sementara dari hasil audit Komnas KIPI, siswa tersebut meninggal bukan karena vaksinasi namun adanya infeksi di otak. Namun hasil tersebut, baru kami dapatkan secara lisan dari Komnas KIPI," kata Sekretaris Dinkes Cianjur, dr Yusman Faisal saat dihubungi di Cianjur dikutip dari Antara, Kamis, 27 Januari.
Komnas KIPI sudah melakukan audit terhadap siswa dari Kecamatan Pasirkuda beberapa hari lalu. Laporan secara tertulis akan didapatkan pihaknya beberapa hari ke depan.
"Jadi orang tua jangan takut kalau anaknya mendapatkan vaksinasi, selama anak dalam kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit akut. Selama ini, kecil kemungkinan terjadi KIPI terhadap penerima vaksin," katanya.
Sebelumnya Dinas Kesehatan Cianjur, masih menunggu hasil investigasi dan pendalaman dari Komda KIPI Jabar dan Komnas KIPI, terkait meninggal siswa PAUD di Cianjur, setelah mendapatkan vaksinasi atas nama ZL (6,5) beberapa hari yang lalu.
Baca juga:
- Dinkes Cianjur Tunggu Hasil Investigasi Komda KIPI Jabar soal Siswa PAUD Meninggal Diduga Setelah Divaksinasi
- KIPI Berat Selama Vaksinasi COVID di Cianjur, 2 Warga Lumpuh dan 1 Anak Meninggal
- Supaya Kehidupan Bangsa Tidak Dirusak, Radikalisme Harus Dicegah Bersama-sama
- Hadir di Pelantikan MUI Banten, Wagub Andika Hazrumy Bicara Pentingnya Peran Ulama Jaga NKRI dari Radikalisme
Kepala Dinkes Cianjur, Irvan Nur Fauzy menambahkan, Komda KIPI Jabar sudah melakukan investigasi terkait meninggalnya siswa PAUD di Kecamatan Pasirkuda, namun pihaknya belum mendapat laporan.
"Komda KIPI Jabar sudah melakukan investigasi kasus meninggalnya siswa tersebut, kami belum menerima keterangan resmi atau perkembangan dari hasil investigasi yang dilakukan seperti autopsi verbal dari pihak yang diduga terkait dalam kasus tersebut, termasuk keluarganya," kata Irvan.
Ia menjelaskan, untuk pelaksanaan tindakan awal yang dilakukan terhadap anak berbeda dengan orang dewasa sebelum mendapatkan vaksinasi, namun pihaknya baru mengetahui siswa tersebut memiliki riwayat penyakit, sedangkan terkait riwayat penyakit lainnya menunggu hasil investigasi.