Krisis Ukraina, Presiden Biden Tak Ragu Jatuhkan Sanksi Personal Terhadap Presiden Putin

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Hari Selasa, dia akan mempertimbangkan sanksi pribadi terhadap Presiden Vladimir Putin jika Rusia menginvasi Ukraina, ketika para pemimpin Barat meningkatkan persiapan militer dan membuat rencana untuk melindungi Eropa dari kejutan pasokan energi potensial.

Ancaman sanksi yang jarang terjadi datang ketika NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga, memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur sebagai tanggapan, seiring penambahan pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina.

Rusia membantah merencanakan serangan dan mengatakan krisis itu didorong oleh tindakan NATO dan AS. Mereka menuntut jaminan keamanan dari Barat, termasuk janji NATO untuk tidak pernah mengakui Ukraina. Moskow melihat bekas republik Soviet sebagai penyangga antara Rusia dan negara-negara NATO.

Menyusul beberapa putaran pembicaraan AS-Rusia mengenai Ukraina yang gagal mencapai terobosan, Presiden Biden yang telah lama memperingatkan Moskow tentang konsekuensi ekonomi, menaikkan 'taruhan' pada Hari Selasa dengan mengatakan Presiden Putin secara pribadi dapat menghadapi sanksi.

Jika Rusia 'memasuki' Ukraina dengan perkiraan 100.000 tentara yang telah berkumpul di dekat perbatasan, Presiden Biden mengatakan itu akan menjadi "invasi terbesar sejak Perang Dunia Kedua" dan akan "mengubah dunia."

Berbicara kepada wartawan, Presiden Biden ditanya apakah dia akan melihat dirinya menjatuhkan sanksi secara langsung kepada Presiden Putin jika Rusia menginvasi Ukraina.

"Ya," jawabnya. "Aku akan melihatnya," mengutip Reuters 26 Januari.

Sanksi langsung AS terhadap para pemimpin asing jarang terjadi. Lainnya yang telah menghadapi sanksi termasuk Venezuela Nicolas Maduro, Suriah Bashar al-Assad dan Libya Muammer Gaddafi.

Presiden Biden mengatakan pada Hari Selasa, dia dapat mengerahkan pasukan AS dalam waktu yang lebih dekat tetapi mengesampingkan pengiriman pasukan AS sepihak ke Ukraina, yang bukan anggota NATO.

"Tidak akan ada pasukan Amerika yang bergerak ke Ukraina," tegasnya.

Diketahui, Pentagon telah menyiagakan sekitar 8.500 tentara AS di Eropa dan Amerika Serikat untuk siap dikerahkan ke sayap timur NATO jika diperlukan.

Sementara sejauh ini, NATO memiliki sekitar 4.000 tentara di batalyon multinasional di Estonia, Lituania, Latvia dan Polandia, didukung oleh tank, pertahanan udara dan unit intelijen dan pengawasan.

Pada hari Selasa, sebuah pesawat AS yang membawa peralatan militer dan amunisi mendarat di Kyiv, gelombang ketiga dari paket senilai 200 juta dolar AS untuk menopang pertahanan Ukraina.