Ketua DPRD Ingatkan Sterilisasi Pendingin Ruangan untuk Cegah Penyebaran COVID-19
JAKARTA - Penutupan kantor DPRD DKI akibat adanya anggota dewan dan staf yang terinfeksi COVID-19 membuat Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi menyadari pentingnya sterilisasi pendingin ruangan di ruang perkantoran.
Sebab, munculnya banyak klaster COVID-19 di perkantoran akibat sirkulasi udara yang tidak berjalan dengan baik. Banyak orang menganggap ruangan yang tertutup cukup dipasang air conditioner (AC) untuk menghadirkan udara sejuk.
"Hati-hati lho, AC (pendingin ruangan) bisa menjadi sarana penyebaran," kata Prasetio kepada wartawan, Senin, 24 Agustus.
Oleh sebab itu, sterilisasi perlu dilakukan dengan men-service pendingin ruangan dan disemprot disinfektan secara berkala. Kemudian, memperhatikan sirkulasi udaranya.
"Saya ingin AC seluruh perkantoran termasuk kantor pemerintahan dan AC di ruang publik itu di-service, semprot disinfektan dan perhatikan sirkulasi udaranya," ujar Prasetio.
Prasetio juga mengimbau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pimpinan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) memperhatikan sirkulasi udara pada transportasi publik.
"AC di bus Transjakarta dan MRT saya juga mengimbau untuk disterilisasi. Karena bukan apa-apa volume penumpang di dua moda tersebut semakin bertambah setelah kebijakan ganjil-genap diterapkan kembali," sebut dia.
Baca juga:
Terpisah, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyebut ruangan tertutup memiliki risiko penularan mikrodroplet COVID-19 yang bisa bergerak di udara (airborne) lebih besar dibanding ruang terbuka. Sebab, ruangan yang tertutup biasanya hanya mengandalkan AC tanpa ventilasi udara.
Namun, sayangnya pemakaian AC dalam ruangan tertutup tak membuat sirkulasi udara dari luar bisa bergantian masuk ke dalam. Sehingga, ketika ada pengidap COVID-19 bersin dan berbicara, partikel airborne hanya akan bergerak di dalam ruangan saja.
Oleh sebab itu, Amin menyarankan agar di setiap ruangan memiliki ventilasi udara seperti jendela atau berkegiatan di ruang terbuka. Sehingga, konsentrasi penularan COVID-19 bisa diminimalisasi.
"Lebih baik ada jendela yang dibuka biar ada perputaran udara segar yang masuk di rumah sakit ada standarnya. Setiap ruangan itu ada harus ada perputaran udara sekian persen setiap jam, ada takarannya," ungkap dia.