Gara-gara Cuci Otak, Istri dari Pelaku Pemerkosaan Santriwati di Bandung Rela Mengasuh Bayi Hasil Hubungan
BANDUNG - Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat Asep N Mulyana mengatakan, istri dari terdakwa kasus asusila belasan santriwati berinisial HW (36) diduga dicuci otak hingga rela mengasuh bayi dari para korban.
"Karena kondisi otaknya yang dibekukan tadi, sehingga dia (istrinya) pun nurut, termasuk disuruh pelaku untuk mengurus anak-anak yang sebetulnya dilahirkan dari perbuatan (asusila) pelaku," kata Asep di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat dilansir dari Antara, Kamis, 30 Desember.
Asep mengatakan fakta-fakta tindakan HW itu diketahui setelah menjadi jaksa penuntut umum dalam persidangan kasus asusila HW dengan agenda pemeriksaan istri terdakwa.
Kepada istri, HW selalu menyampaikan narasi bahwa tugasnya hanyalah mengurus rumah dan mengurus anak-anak. Hal tersebut juga disertai dengan ancaman-ancaman secara psikologis kepada istri.
"Ada namanya perasaan seorang perempuan itu curiga, dan tidak enak di hatinya, tapi ketika bertanya kepada pelaku (HW), pelaku menjawab 'itu urusan saya'," kata Asep
Baca juga:
- Selain Cuci Otak Santriwati Lewat Hadiah, HW Pernah Dipergoki Istri Saat Melakukan Pemerkosaan
- Santriwati Korban Pemerkosaan di Bandung Ditolak Masuk Sekolah Lain dengan Alasan Beda Kurikulum
- Empat Kasus di Jawa Barat yang Menyedot Perhatian Publik, dari Kapolsek Terlibat Narkoba sampai Rudapaksa 13 Santri
- Tak Peduli Itu Guru Ponpes, Wamenag Zainut Dorong Santri Korban Kekerasan Seksual Berani Melaporkan
Setelah mengetahui sejumlah fakta tersebut, Asep menyebut aksi HW itu merupakan kejahatan yang luar biasa. Sehingga, ia memastikan penanganannya pun akan dilakukan secara serius.
"Jadi kalau teman-teman menganggap mengapa terungkap sekarang, mengapa istrinya tidak mau melapor, ini jadi kondisinya seperti itu," katanya pula.
HW didakwa telah melakukan tindakan asusila kepada 13 orang santriwati. Aksi tidak terpujinya itu menyebabkan para korban mengalami kehamilan hingga melahirkan.
HW didakwa melakukan aksi tersebut pada rentang waktu 2016 hingga 2021. Dia disebut melakukan aksi tersebut di sejumlah tempat mulai dari pondok pesantren hingga penginapan seperti hotel dan apartemen.