Bagi Pemilih, Partai Politik Tak Punya Pengaruh Terhadap Pilihan Capres
JAKARTA - Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas mengatakan, partai politik tidak punya pengaruh pada pilihan calon presiden (capres) di tingkat pemilih.
Hal tersebut menjadi salah satu temuan survei SMRC terbaru bertajuk “Prospek Partai Politik dan Calon Presiden: Kecenderungan Perilaku Politik Pemilih Nasional” yang dirilis di Jakarta, Selasa, 28 Desember.
Abbas menjelaskan, untuk mengetahui efek atau pengaruh partai politik pada pilihan calon presiden, SMRC melakukan survei dengan metode eksperimental. Metode survei eksperimen adalah satu cara untuk menguji hubungan kausal antara variabel independen dan dependen dalam survei opini publik.
"Sebab ditetapkan lewat suatu desain eksperimen dengan memberikan treatment secara acak kepada responden kemudian melihat pengaruhnya pada akibat," ujar Abbas.
Dalam metode eksperimen ini, lanjut Abbas, responden dibagi dalam tiga kelompok. Yakni kontrol, treatment pertama dan treatment kedua.
"Pada kelompok kontrol ditanyakan jika partai politik yang ibu atau bapak pilih mencalonkan seseorang untuk menjadi presiden, apakah ibu atau bapak akan memilih calon presiden tersebut? Hasilnya, terdapat 53 persen yang akan memilih calon tersebut, sementara 23 persen tidak akan memilih calon tersebut," jelas Abbas.
Kelompok treatment pertama ditanya bila partai yang dipilih tak mencalonkan calon presiden yang disukai pemilih partai tersebut apakah pemilih itu akan tetap memilih calon presiden pilihan partai tersebut. Hasilnya, sebanyak 29 persen yang akan tetap memilih calon presiden yang tidak disukai tersebut, sedangkan yang menjawab tidak akan memilih calon tersebut sebanyak 53 persen.
"Sementara kelompok treatment kedua ditanya bila ada calon presiden yang lebih disukai tapi tak dicalonkan partai yang dipilihnya apakah akan memilih calon presiden tersebut? Terhadap pertanyaan ini, sebanyak 55 persen yang akan tetap memilih calon presiden tersebut dan 27 persen yang tidak akan memilih calon tersebut," kata Abbas.
Berdasarkan temuan ini, jelas Abbas, di mata pemilih partai kualitas personal capres lebih penting dibanding keputusan partai tentang calon presiden. Dikatakannya, dukungan pemilih partai terhadap capres yang dicalonkan oleh partai menurun signifikan jika capres tersebut tidak disukai pemilih.
“Secara umum, pemilih partai lebih mempertimbangkan kualitas personal capres dibanding keputusan yang dibuat partai,” tegas Abbas.
Abbas menambahkan, pentingnya partai dibanding kualitas calon presiden mengandaikan ikatan pemilih dan partai kuat secara psikologis (party identification). Di Indonesia, kata Abbas, prasyarat ini tak dipenuhi.
Baca juga:
- Bersaing Ketat di Survei SMRC, Elektabilitas Ganjar dan Prabowo Beda Tipis
- Menang di Survei, SMRC: Dukungan Publik ke PDIP Menguat Karena Pengaruh Jokowi dan Ganjar
- Tudingan Pinjaman Ancol Rp1,2 Triliun untuk Formula E dan Bantahannya
- DPRD Bakal Panggil Ancol untuk Jelaskan Pinjaman Rp1,2 Triliun dari Bank DKI
"Party Id itu sangat lemah, trend menunjukkan tak lebih dari 15 persen,” pungkasnya.
Survei SMRC ini dilakukan pada 8-16 Desember 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung. Jumlah sample awal 2420 yang dipilih secara acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia yang berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah.
Dengan jumlah 2.062 atau 85 persen responden yang dapat diwawancarai secara valid. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.