Pelaku Ransomware yang Targetkan Perusahaan Besar di Rumania Berhasil Diringkus Europol dan FBI

JAKARTA - Seorang pria asal Rumania berusia 41 tahun telah ditangkap oleh Pusat Cybercrime Eropa Europol, Polisi Nasional Rumania dan FBI yang diduga sebagai tersangka afiliasi ransomware, yang menargetkan organisasi dan perusahaan terkenal untuk mendapatkan data sensitif.

Pria itu diketahui ditangkap di Craiova, Rumania. Europol mengatakan pria tersebut dicurigai mengganggu jaringan perusahaan IT besar Rumania yang memberikan layanan kepada klien di sektor ritel, energi, dan utilitas.

Tersangka dituduh menargetkan organisasi dalam serangan ransomware, mengenkripsi file, dan mencuri data sensitif. Dia diklaim juga menuntut pembayaran tebusan cukup besar dalam bentuk cryptocurrency, mengancam akan membocorkan data yang dicuri jika korban tidak membayar uang tebusan.

Menurut laporan yang dikutip dari ZDNet, Selasa, 14 Desember, pria tersebut telah mencuri informasi termasuk informasi keuangan tentang perusahaan, informasi pribadi karyawan, rincian pelanggan dan rincian sensitif lainnya dan berusaha memeras korban untuk membayar uang tebusan dengan ancaman untuk mempublikasikan data.

Meski begitu, belum terungkap apakah upaya pemerasan ini berhasil atau tidak. Lebih lanjut, untuk mendapatkan target (pria itu) Europol melacak pembayaran mata uang kripto, menyediakan analisis malware dan dukungan forensik, serta mengerahkan ahli ke Rumania.

Penangkapan tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian penangkapan oleh pihak berwenang Rumania, dimana bulan lalu juga telah menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam serangan ransomware Sodinokibi atau REvil.

Di samping itu dalam laporan, Europol memperingatkan bahwa serangan ransomware menjadi lebih canggih karena penjahat dunia maya mencari taktik dan teknik baru untuk memaksimalkan peluang berhasil menerima pembayaran tebusan.

Hal ini tentu saja akan terus menerus merugikan korban jutaan dolar, "Pelaku terus menjadi semakin kejam dan metodis dalam modus operandi mereka," kata laporan Europol.