Gejala dan Cara Deteksi Bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

JAKARTA - Angka kematian bayi di Indonesia masih terhitung tinggi, beberapa di antaranya bahkan terjadi saat bayi masih berusia enam hari pertama. Ternyata salah satu penyebabnya adalah penyakit kelainan bawaan bayi, salah satunya penyakit jantung bawaan (PJB).

Ketua umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan penyakit bawaan ini terjadi sebesar 7 persen.

“Bayi yang sakit jantung bawaan kritis biasanya lahir dengan sehat, tapi dalam beberapa jam dan hitungan hari pasca lahir, kondisi bayi bisa memburuk bahkan meninggal,” kata dokter Piprim pada acara Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir, Senin 13 Desember.

Jika tidak ditangani dengan cepat, bayi bisa tidak bisa tertolong. Oleh karena itu, tenaga kesehatan harus memberi penolongan persalinan dan memberi penyuluhan tentang PJB yang masih jarang disadari.

Menurut Dr. Rizky Adriansyah selaku Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi, penyakit jantung bawaan tidak selalu memiliki gejala. Akan tetapi gejala itu seringkali bisa ditemui ketika bayi masih berusia satu bulan.

“Misalnya saat lahir dikatakan sehat kemudian waktu umur 1 bulan imunisasi hepatitis B, diperiksa jantungnya ternyata detaknya abnormal padahal anaknya sehat-sehat saja,” kata Dr. Rizky.

PJB bisa dideteksi sedini mungkin. IDAI merekomendasi pemeriksaan saturasi oksigen kepada bayi usia 24-48 jam sebelum dipulangkan.

Gejala PJB juga bervariasi selain detak abnormal, berat badan yang sulit bertambah, pneumonia berulang, sesak napas. Adanya perubahan warna bibir dan lidah serta ujung jari menjadi biru juga dapat ditandai sebagai gejala PJB.

Pemeriksaan berkala sangat disarankan untuk bayi yang baru lahir dengan tenaga kesehatan profesional.