Sekjen PBB Sebut Larangan Perjalanan Karena Varian Omicron Virus Corona Tidak Adil dan Tidak Efektif
JAKARTA - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam larangan perjalanan pada Hari Rabu, yang menargetkan negara dan wilayah tertentu atas varian Omicron virus corona, menyebutnya 'tidak adil' dan 'tidak efektif.'
"Dengan virus yang benar-benar tanpa batas, pembatasan perjalanan yang mengisolasi satu negara atau wilayah tidak hanya sangat tidak adil dan menghukum, mereka juga tidak efektif," ujar Guterres pada konferensi pers, menyarankan peningkatan pengujian untuk pelancong, dikutip dari Daily Sabah 2 Desember.
Puluhan negara memberlakukan pembatasan perjalanan dari negara-negara Afrika selatan, setelah varian Omicron dari virus corona pertama kali dilaporkan di kawasan itu pekan lalu.
Sekjen PBB mengatakan, negara-negara yang telah melaporkan munculnya jenis baru tidak boleh "dihukum secara kolektif karena mengidentifikasi serta berbagi informasi sains dan kesehatan yang penting dengan dunia."
Dia mengulangi seruan kepada pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah pengujian tambahan untuk pelancong, "bersama dengan langkah-langkah lain yang tepat dan benar-benar efektif."
"Ini adalah satu-satunya cara untuk mengurangi risiko penularan sambil memungkinkan perjalanan dan keterlibatan ekonomi," tandasnya.
Baca juga:
- Pakar Penyakit Menular Anthony Fauci: Terlalu Dini Mengatakan Varian Omicron Sebabkan Penyakit Parah
- Pakar Penyakit Afrika Selatan Sebut Penularan Varian Omicron Bisa Kalahkan Varian Delta
- CEO Moderna Stéphane Bancel Sebut Vaksin COVID-19 Kemungkinan Kurang Efektif Terhadap Varian Omicron
- Dokter Afrika Selatan Sebut Pasien Varian Omicron Miliki Gejala Sangat Ringan, Dapat Dirawat di Rumah
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menentukan risiko keseluruhan dari varian Omicron menjadi 'sangat tinggi', tetapi Direktur WHO untuk Afrika juga telah berbicara menentang larangan pelancong dari benua itu, dengan mengatakan itu "menyerang solidaritas global."
Para pejabat di Afrika Selatan mengatakan, mereka 'dihukum' karena mengidentifikasi jenis virus yang kini telah terdeteksi di mana-mana mulai dari Belanda hingga Inggris, Kanada dan Hong Kong. Sementara, Presiden Malawi Lazarus Chakwera menuduh negara-negara Barat 'Afrofobia.'