5 Jenis Pikiran yang Sebaiknya Dihindari agar Tidak Merusak Hubungan Pernikahan
JAKARTA - Mungkin Anda berpikir bahwa jujur dan memiliki komunikasi yang terbuka sudah cukup bisa membuat hubungan pernikahan berjalan harmonis. Tapi ternyata, itu saja tidak cukup.
Menurut psikolog yang menulis buku Why Can't You Read My Mind, Jeffrey Bernstein, Ph.D., ada hal lain dalam pikiran yang juga turut memengaruhi hubungan dengan pasangan. Disampaikan lagi olehnya bahwa selama 30 tahun berkarier dan melakukan ragam konseling dengan pasangan-pasangan bermasalah, ia melihat ada lima jenis pikiran yang dapat merusak hubungan.
Waspada jika Anda memiliki pikiran-pikiran seperti ini, yang akan merusak hubungan Anda dengan pasangan.
Selalu menganggap salah pasangan
Ini yaitu jenis pikiran yang menganggap bahwa semua hal yang dilakukan oleh pasangan adalah hal yang salah dan tidak pernah bisa melakukan hal yang benar. Contohnya, "Dia selalu saja membuat kesalahan!"
Suka membesar-besarkan masalah
Adalah di mana salah satu pasangan membesar-besarkan tindakan dan kejadian negatif yang menyangkut pasangan lainnya. Contohnya, “Kalau saja dia tidak memutuskan resign dan memulai bisnisnya sendiri yang tidak punya prospek itu, pasti kami sekeluarga tidak akan kehilangan rumah dan harus memulai hidup dari 0 lagi.”
Pasangan selalu paham kemauan kita
Adalah pikiran toxic dimana satu orang menganggap bahwa pasangannya akan memenuhi satu atau lebih kebutuhannya—hanya karena dia meyakini bahwa pasangannya harus mengetahui kebutuhan itu. Padahal kebutuhannya tersebut tidak pernah disampaikan.
Contoh: “Kamu benar-benar tidak bisa mengerti aku. Harusnya kamu tahu kalau aku butuh punya me time setiap hari karena lelah mengurus rumah dan anak-anak seharian.”
Baca juga:
Menganggap negatif pasangan
Adalah pemikiran destruktif dimana Anda memberi label negatif pada pasangan Anda dan mengabaikan kualitas positifnya. Contohnya, “Kamu sangat pelit!”
Selalu menyalahkan pasangan
Adalah pikiran toxic dimana Anda secara tidak adil dan tak rasional menyalahkan pasangan atas masalah hubungan, atau masalah yang lebih besar. Contoh: “Gara-gara menikah dengan pria sepertimu, hidupku jadi menderita.”