Potensi Petir di Cilacap Tinggi karena Dekat Laut, BMKG: Petirnya Tipe Cloud to Ground, Biasa Dipicu Awan Cb

JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Banjarnegara mengimbau masyarakat di wilayah Jawa Tengah mewaspadai peningkatan frekuensi sambaran petir yang berpotensi terjadi pada puncak musim hujan.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoadjie Prayoedhie bilang, November hingga Januari diproyeksi menjadi puncak musim hujan. Jadi bukan cuma masyarakat, para pelaku usaha diimbau waspada dan melakukan langkah-langkah antisipatif meminimalkan dampak dari sambaran petir.

Terkait dengan kejadian kebakaran Tangki 36 T-102 di area PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap pada Sabtu (13/11) malam yang diduga akibat sambaran petir, dia mengakui potensi terjadinya sambaran petir di wilayah Cilacap tergolong tinggi karena dekat dengan laut.

"Kalau kami lihat, tipe petirnya CG. Tipe CG itu Cloud to Ground (dari awan ke tanah, red.), jadi biasanya tipe-tipe CG ini dipicu oleh awan Cb (Cumulonimbus). Kalau Cumulonimbus kan terkait dengan hujan, makanya sangat dimungkinkan dari (arah) laut itu," ucap Setyoadjie dikutip dari Antara, Senin 15 November.

Sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Taruna Mona Rachman mengatakan dari alat deteksi petir di BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara diperoleh analisis bahwa pada hari Sabtu (13/11), pukul 18.00 WIB hingga 19.30 WIB, terdapat dua sambaran petir.

Menurut dia, sambaran petir pertama terjadi pada pukul 18.47 WIB, sedangkan yang kedua pada pukul 19.23 WIB.

"Sambaran petir yang terdekat dengan area kilang terjadi pada pukul 18.47 WIB detik ke-27," katanya konferensi pers yang dihadiri Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Polisi Ahmad Luthfi di Gedung Patra Graha PT KPI Unit Cilacap, Senin (15/11).

Sementara itu, Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi mengatakan pihaknya telah memeriksa enam orang saksi terkait dengan kebakaran Tangki 36 T-102 di area PT KPI Unit Cilacap, lima saksi di antaranya berasal dari eksternal Pertamina.

Menurut dia, kelima saksi dari pihak eksternal tersebut membenarkan bahwa pada Sabtu (13/11) malam saat kebakaran itu terjadi, di sekitar lokasi kejadian sedang turun hujan disertai petir.

Ia mengatakan hal itu diperkuat dengan keterangan saksi dari BMKG Stasiun Meterologi Tunggul Wulung Cilacap yang menyatakan bahwa pada hari H terdapat dua titik petir dengan jarak 45 kilometer dan 12 kilometer.

"Ini nanti akan diperkuat keterangan dari ahli tentang bagaimana kondisi petir itu bisa menimbulkan induksi yang mengakibatkan kilatan cahaya," katanya.

Selain saksi, kata dia, pihaknya juga telah memeriksa rekaman video dari tujuh kamera pemantau (CCTV), dua di antaranya menunjukkan bahwa pada pukul 19.10 WIB terlihat adanya kilatan cahaya petir yang disusul dengan kejadian kebakaran.

Berdasarkan keterangan para saksi dari BMKG maupun internal Pertamina, lanjut dia, pihaknya menduga kebakaran di Tangki 36 T-102 karena adanya induksi akibat sambaran petir.

"Tidak ada kelalaian maupun sabotase dalam peristiwa ini," kata Kapolda menegaskan.

Seperti diberitakan, kebakaran di Tangki 36 T-102 yang terjadi pada hari Sabtu, 13 November pukul 19.10 WIB, sempat berhasil dipadamkan pada pukul 23.05 WIB dengan mengerahkan High Capacity Foam Monitor, sedangkan terhadap tangki di sekitarnya juga dilakukan pendinginan dengan water sprinkle untuk mencegah merambatnya kebakaran.

Akan tetapi foam yang mengisolasi Tangki 36 T-102 tersebut terbuka, sehingga kembali terjadi kebakaran. Setelah dilakukan upaya optimal, kebakaran di tangki yang berisi komponen Pertalite itu berhasil dipadamkan pada hari Minggu, 14 November pukul 07.45 WIB, dan dinyatakan aman pada pukul 09.15 WIB.