Muhadjir Effendy Berharap Alat Olahraga untuk Kaum Difabel Tidak Harus Impor
JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendorong peralatan olahraga untuk difabel bisa diproduksi di dalam negeri.
"Kendala event paralimpik adalah keterbatasan peralatan yang dibutuhkan para atlet. Karena harus spesifik dan customized," kata Muhadjir, mengutip Antara, Sabtu 6 November.
Customized yang dimaksud Muhadjir adalah, peralatan disesuaikan dengan kebutuhan setiap atlet dan tidak bisa dipakai sembarang orang.
"Bahkan, hanya untuk satu orang saja. Jadi, membutuhkan biaya besar," ujar Menko PMK.
Sebagai contoh, kursi roda untuk berbagai cabang olahraga memiliki spesifikasi yang berbeda-beda.
"Kursi roda saja kan macam-macam. Kursi roda untuk lari, untuk badminton, untuk tolak peluru beda-beda. Sebagian besar belum bisa memproduksi, masih impor," terang Muhadjir.
Baca juga:
Menurutnya Muhadjir, semestinya Peparnas menjadi momentum bagus untuk tolak ukur perencanaan penyediaan atau produksi alat olahraga untuk kalangan difabel.
Jadi, masih kata Muhadjir, pengembangan prestasi kalangan difabel nantinya berjalan dengan lebih baik karena tidak bergantung suplai produk dari luar negeri.
"Untuk kursi roda saja paling tidak harganya Rp50 juta per unit, itu customized. Jadi, tidak bisa digunakan banyak orang," imbuhnya.
Jika peralatan tersebut bisa dibuat di dalam negeri, Muhadjir yakin akan jauh lebih murah dan bisa menekan biaya.
"Beda sekali seandainya bisa diproduksi di Indonesia, saya yakin jauh lebih murah. Karena salah satu kendala kita untuk menyetarakan hak difabel dalam olahraga ini adalah terbatasnya peralatan atau piranti yang sangat dibutuhkan," tegasnya.