JAKARTA - Ibarat peperangan, penyerangan dan kekalahan terbesar akan dialami saat kita sedang lengah. Hal ini juga bisa terjadi pada perang kita melawan COVID-19. Sikap lengah kita dapat mengakibatkan meningkatnya kembali angka penularan yang selama ini sudah berusaha untuk ditekan.
Sehari setelah meninggalnya George Floyd, salah satu pria Afrika Amerika yang terbunuh oleh seorang polisi Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, protes menuntut keadilan dan kesetaraan ras bergelora dimana-mana. Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan masih banyak warga negara lainnya yang meramaikan jalanan. Demonstrasi yang menyerukan #BlackLivesMatter ini dikhawatirkan membawa klaster baru penularan COVID-19. Gelombang dua virus corona atau COVID-19 pun sedang menjadi ancaman di sana.
Dalam acara The Kojo Nnamdi Show yang disiarkan pada tanggal 2 Juni 2020 lalu, korelasi antara protes dan pandemi COVID-19 juga dibahas bersama Dr. Leana Wen, seorang dokter darurat dan profesor kesehatan masyarakat dari George Washington University. Protes yang terjadi cukup minim protokol kesehatan COVID-19. Para demonstran berdesak-desakan, berteriak tanpa menggunakan masker, dan saling bertukar minuman. Pandemi ini seakan tak mampu menahan masyarakat AS untuk keluar menyuarakan isu rasisme. Padahal sampai saat artikel ini ditulis, kasus positif COVID-19 hari ini sudah mencapai 1.979.893 kasus di AS menurut laman South China Morning Post.
Ada hal yang patut kita sadari bahwa gelombang dua ini bukan hanya mengancam tempat terjadinya aksi saja, tapi juga bisa terjadi karena telah dibuka kembalinya kegiatan masyarakat.
Negeri kita sendiri saja, Indonesia, dalam beberapa hari terakhir ini menerima laporan peningkatan kasus baru yang tinggi. Pada hari ini, 10 Juni, kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.241 kasus. Mirisnya, sejak PSBB mulai dilonggarkan di beberapa daerah, justru kasus positif sedang meningkat. Wajah kenormalan baru malah berubah menjadi banyaknya kasus baru.
Kita sebagai masyarakat juga harus tetap waspada karena diterapkannya masa PSBB transisi bukan berarti COVID-19 sudah menghilang. Oleh karena itu protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan harus tetap dilakukan untuk melindungi diri dari penularan. Bila banyak dari masyarakat yang lalai, kemungkinan bertambahnya jumlah penularan sampai terjadinya gelombang kedua COVID-19 sangat memungkinkan. Padahal sampai saat ini saja, kita belum bisa mengklaim bahwa negara kita telah menyelesaikan gelombang pertama.
Siniar VOI kali ini akan membahas betapa bahayanya kelengahan kita terhadap pandemi COVID-19. Melihat apa yang terjadi di AS dan upaya kenormalan baru di Indonesia bisa saja ini mengakibatkan gelombang dua COVID-19. Silakan tekan tombol dengarkan dan biarkan kami yang bercerita untuk Anda.