JAKARTA - Ahmaud Arbery, seorang pria Afrika-Amerika berusia 25 tahun meninggal pada 23 Februari lalu. Dia hanyalah seorang pria biasa dan tak bersenjata, namun sayang nasib nahas menghampirinya.
Dilansir dari wikipedia, saat itu Ahmaud sedang joging di sekitar area rumahnya, jalan Satilla Shores, dekat Brunswick, Georgia, Amerika Serikat. Tiba-tiba dua orang pria menghampirinya dengan sebuah mobil pick up. Mereka adalah ayah dan anak, Greg McMichael berumur 64 tahun dan Travis McMichael berumur 34 tahun. Diketahui, sebelumnya Greg adalah seorang petugas kepolisian dan penyelidik penuntut umum di Glynn County, salah satu area yang tergabung di Brunswick.
Setelah mencegat jalan Ahmaud, Travis turun dari mobil sambil memegang sebuah senapan. Ia berkelahi dengan Ahmaud. Tak berapa lama, Greg yang tadinya masih berada di atas mobil pick up ikut turun sambil membawa sebuah pistol. Ahmaud berusaha untuk melepaskan diri dari mereka. Namun, setelah tiga kali terdengar suara tembakan, Ahmaud jatuh terkapar di jalan. Ahmaud Arbery meninggal dunia akibat kejadian itu.
Dua bulan sudah berlalu, tak banyak hal yang dilakukan terhadap kasus ini. Tak ada penangkapan, apalagi hukuman. Sampai pada tanggal 5 Mei, sebuah video diunggah ke website WGIG, salah satu stasiun radio lokal setempat. Video yang kemudian diketahui direkam oleh William "Roddie" Bryan itu menunjukkan detik-detik terjadinya penembakan.
Ahmaud Arbery's murder was caught on video! It's graphic but must be shared. @BenCrumpLaw will be representing Ahmaud's father Marcus Arbery as we seek justice in this modern-day lynching. Everyone must know the truth! #JusticeforAhmaudArbery pic.twitter.com/y4kBgRJ8X6
— Benjamin Crump, Esq. (@AttorneyCrump) May 5, 2020
Setelah video tersebut viral, tindakan nyata kepada para pelaku langsung dilakukan. 2 hari kemudian, yakni tanggal 7 Mei, Greg dan Travis sudah ditahan oleh kepolisian.
Pihak keluarga Ahmaud mengaku lega mendengar pelakunya sudah ditangkap, meskipun mereka menyatakan ketidakpercayaan pada penegakan hukum setempat. Ibu Ahmaud, Wanda Cooper, menyampaikan rasa kecewanya tentang kasus ini kepada PBS News. Dia berpikir bila kasus ini tidak mendapatkan perhatian nasional, kematian anaknya bisa berakhir dengan ditutup-tutupi. Bagi keluarga Ahmaud, kematian ini adalah hasil dari modern lynching, hukuman mati tanpa pengadilan zaman sekarang.
Butuh waktu 10 minggu untuk menindak kasus ini. Sebagai kasus pembunuhan, ini adalah waktu yang cukup lama. Diketahui salah satu alasan yang membuat kasus ini lamban diatasi adalah mundurnya dua penuntut umum yang seharusnya menangani kasus ini karena memiliki hubungan personal dengan Greg dan Travis McMichael.
Penuntut umum pertama, Jackie Johnson, jaksa wilayah Sirkuit Yudisial Brunswick mengundurkan diri karena konflik kepentingan. Greg pernah bekerja dengannya dalam investigasi kasus.
Kemudian pada 27 Februari, kasus ini diserahkan kepada George Barnhill, jaksa wilayah Sirkuit Yudisial Waycross yang berbatasan langsung dengan area Selatan Brunswick. Namun kemudian ia juga memilih untuk mengundurkan diri atas permohonan dari ibu Ahmaud yang mengetahui bahwa anak George pernah bekerja bersama dengan Greg di Sirkuit Yudisial Brunswick. Mereka bahkan pernah ditugaskan untuk menuntut Ahmaud beberapa tahun lalu.
Catatan Ahmaud di kepolisian juga tidak terlalu bagus. Saat berumur 19 tahun, dia pernah didakwa karena membawa pistol ke pertandingan basket sekolah tahun 2013. Dia juga pernah ditangkap karena mengutil pada tahun 2018.
Setelah itu penuntut umum ketiga, Tom Durden, jaksa wilayah Sirkuit Yudisial Atlantic yang berbatasan langsung dengan bagian utara Brunswick, mulai menangani kasus ini pada pertengahan April lalu. Dia juga bekerja sama dengan Georgia Bureau of Investigation yang akhirnya menangkap Greg dan Travis atas tindak pembunuhan dan penyerangan.
Namun masyarakat belum merasa cukup sampai di situ. Mengingat lambannya kasus ini ditangani, masalah ini bisa melebar dari sebuah pembunuhan menjadi kejahatan kepada ras kulit hitam. Maka dari itu, Jaksa Agung Georgia, Chriss Carr menunjuk Joyette Holmes yang berasal dari kabupaten Cobb – salah satu area di Atlanta - untuk menangani kasus ini. Secara resmi dia adalah penuntut umum keempat untuk kasus ini dan dia juga dikenal sebagai orang Afrika-Amerika pertama yang menjadi seorang jaksa wilayah. Sekarang kasus ini juga sudah bukan isu di Amerika Serikat saja tapi seluruh dunia mengetahuinya.
Jumat, 8 Mei lalu, masyarakat dunia membuat gerakan virtual run bertajuk #IRunWithMaud sebagai penghormatan kepada Ahmaud Arbery yang seharusnya berulang tahun yang ke-26 hari itu.