Bagikan:

JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak mempermasalahkan rencana Partai NasDem yang akan melakukan pertemuan lanjutan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

PKS juga mengaku tidak cemburu dengan 'kehangatan' antara Ketum NasDem dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

"Tidak cemburu," ujar Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera kepada wartawan, Kamis, 25 Agustus.

Mardani menegaskan, hubungan politik PKS dan NasDem tetap baik usai pertemuan Paloh dan Puan. Menurutnya, komunikasi antar parpol adalah hal yang wajar dan bagus untuk membangun kerja sama.

"Parpol berkomunikasi bagus, bisa membangun jembatan. PKS gembira dengan perkembangan yang ada," kata anggota DPR itu.

Seperti diketahui, PKS dan NasDem selama ini disebut bakal menjalin koalisi. Bahkan, keduanya juga tampak mesra bersama Demokrat. Ketiga parpol ini sempat saling bertemu dan saling menjajaki untuk menyongsong Pemilu 2024.

Mardani pun tak menampik bahwa hubungan ketiga parpol masih sangat kuat. Namun, saat ini PKS tengah berfokus pada gugatan ambang batas pencalonan presiden.

"Hubungan dengan NasDem dan Demokrat punya landasan yang kuat. Fokus sekarang membangun koalisi untuk syarat 20 persen dan tetap berjuang di MK melalui JR," kata Mardani.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate, mengungkapkan pertemuan kedua NasDem dan PDIP merupakan kelanjutan dari pertemuan Surya Paloh dan Puan Maharani di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin, 22 Agustus.

"Pertemuan di level berikutnya akan dilakukan, supaya tujuan kita bersama-sama sebagai poros nasionalis untuk nanti menyelenggarakan pemerintahan mewujudkan cita-cita bernegara bisa tercapai. Tapi sekali lagi, ingat negara kita negara besar dan pluralis, maka kelolaan negara perlu dengan kolektif dan kolegial," kata Johnny di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 24 Agustus.

Menkominfo itu mengatakan, pertemuan dengan PDIP nantinya selain menjaga komunikasi juga turut menjaga semangat poros nasionalis.

"Poros NasDem poros nasionalis, PDIP kan poros nasionalis, tapi di Indonesia ada poros religius, kan kita harus bicara bersama dulu. Waktu awal kemerdekaan mereka berbicara bersama-sama lintas poros dan sekarang semangat yang sama harus kita jaga harus kita bina terus komunikasi intens agar di era tantangan yang luar biasa ini stabilitas politik tetap terjaga dengan baik," ungkap Johnny.