JAKARTA - Gangguan lingkungan seperti polusi udara dan gelombang panas yang memperburuk perubahan iklim adalah pembunuh senyap, setidaknya di seluruh daratan Eropa jika merujuk penelitian terbaru. Gangguan lingkungan berkontribusi terhadap satu dari delapan kematian di wilayah itu.
Melansir Reuters, Selasa, 8 September, penelitian dilakukan Badan Lingkungan Eropa (EEA). Lembaga itu mencatat 630 ribu kematian dari 27 negara Uni Eropa, ditambah Inggris, yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
EEA juga menyebut polusi udara sebagai momok paling menakutkan di Eropa hari ini. Tercatat ada 400 ribu warga Eropa yang meninggal dunia dalam usia dini setiap tahun, dan itu hanya karena polusi udara.
Penelitian juga menegaskan bahwa polusi udara tersebut turut membawa penyakit lain, seperti diabetes, penyakit paru-paru, dan kanker. “Kematian ini dapat dicegah dan dapat dikurangi secara signifikan melalui upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan,” tertulis dalam laporan EEA.
另请阅读:
Laporan itu mendukung bukti awal yang mengatakan polusi udara terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi di antara pasien COVID-19. EEA berpendapat, COVID-19 setidaknya akan menyegarkan kembali hubungan antara manusia dan lingkungan.
“COVID-19 adalah peringatan lain, membuat kami sangat sadar akan hubungan antara ekosistem kami dan kesehatan kami,” kata Kepala Kesehatan Uni Eropa, Stella Kyriakides.
Untuk itu, Komisi Eropa kemudian mengusulkan target Uni Eropa yang terbaru akan lebih fokus dalam menjaga lingkungan hidup. Beberapa di antaranya adalah dengan membuat pertanian berkelanjutan, menjaga lingkungan hidup, dan membatas penggunaan pestisida.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)