Rupiah Kembali Berpotensi Melemah akibat Data Ekonomi AS
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu 24 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong sentimen suku bunga dan data ekonomi terbaru AS.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari selasa 23 Januari, Kurs rupiah spot stagnan di Rp15.637 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup melemah 0,18 persen ke level harga Rp15.656 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang sekarang memperkirakan adanya peluang lebih besar bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Maret, sebuah pembalikan nyata dari ekspektasi penurunan suku bunga sebelumnya.
"The Fed juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan minggu depan. Namun sebelum The Fed, pasar harus bersaing dengan data ekonomi utama AS minggu ini," ujarnya dalam keteranganya dikutip Rabu 24 Januari.
Data PDB kuartal keempat yang dirilis pada hari Kamis diperkirakan akan menunjukkan penurunan pertumbuhan, sementara data indeks harga PCE yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada hari Jumat, dan kemungkinan akan menegaskan kembali bahwa inflasi tetap stabil di bulan Desember.
Menurut Ibrahim, suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama merupakan pertanda buruk bagi mata uang Asia, mengingat negara-negara tersebut menarik modal dari aset-aset yang berisiko tinggi dan berimbal hasil tinggi.
Dari sisi internal, perkembangan cadangan devisa Indonesia pada 2024 akan terpengaruh oleh pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan melambat dan harga komoditas yang diperkirakan melandai.
Ibrahim menyampaikan, pertumbuhan cadangan devisa penting untuk menjaga ketahanan mata uang rupiah dalam mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro dan sistem keuangan di dalam negeri.
Adapun harga minyak mentah pada 2024 diperkirakan akan sedikit menurun sejalan dengan penurunan permintaan konsumsi industri dan energi.
Untuk produksi batu bara kemungkinan akan melebihi permintaan terutama dengan menurunnya permintaan dari Tiongkok sebagai salah satu konsumen terbesar batu bara global.
Semetara kelemahan ekonomi Tiongkok juga akan ikut mempengaruhi harga logam dasar yang tentu akan ikut memengaruhi harga nikel secara umum. Kondisi yang sama juga diproyeksikan pada harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) yang berpotensi akan mengalami penurunan pada 2024.
Selain itu, kondisi ekonomi global dipengaruhi oleh beberapa kinerja negara-negara utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan juga Tiongkok.
"Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada 2024 diproyeksikan akan sedikit terkoreksi. Meskipun demikian, probabilitas resesi di negara tersebut relatif lebih menurun jika dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu," ujarnya.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan mempunyai sinyal lebih positif pada 2024 jika dibandingkan dengan 2023.
另请阅读:
Penurunan Tingkat inflasi yang lebih cepat terjadi pada tahun lalu dan kondisi tersebut dapat mempercepat kebijakan pelanggaran moneter oleh European Central Bank pada 2024.
Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan rabu 24 Januari dalam rentang harga Rp15.610- Rp15.660 per dolar AS.