Selamatkan Ekonomi, Jepang Akan Lepaskan Status Darurat Nasional, Mau Ikuti Indonesia?
JAKARTA - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, pihaknya berupaya untuk lepaskan status darurat nasional. Abe bermaksud untuk untuk meredakan pukulan pandemi COVID-19 terhadap ekonomi negeri Sakura tersebut.
Abe mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang bisa turun lebih dari 20 persen secara year on year (yoy) pada April-Juni. Menurutnya, itu akan menjadi pukulan yang lebih buruk daripada krisis keuangan 2009 yang menyebabkan lebih dari 1 juta orang kehilangan pekerjaan.
Jepang akan merilis data awal PDB kuartal II 2020 pada Senin 17 Agustus pekan depan. Hampir semua negara mengalami kontraksi, dan kemungkinan besar itu juga akan dialami Jepang.
"Mempertimbangkan dampaknya pada pekerjaan dan mata pencaharian, kami harus melakukan semua yang kami bisa untuk menghindari dikeluarkannya kembali deklarasi darurat nasional, sambil mengendalikan penularan COVID-19," kata Abe, dikutip dari Bloomberg, Selasa 11 Agustus.
Jepang, yang memberlakukan status darurat sejak April lalu, membuat banyak bisnis tutup dan orang-orang didesak untuk tetap beraktivitas di rumah.
Adapun pemerintah pusat Jepang belum mengeluarkan permintaan agar orang-orang menghindari perjalanan selama liburan tradisional Obon bulan Agustus ini. Ini seperti bagian awal dari pernyataan Abe yang ingin melonggarkan kebijakan darurat.
另请阅读:
Meski demikian, beberapa gubernur di negara tersebut telah menyatakan keadaan darurat di masing-masing wilayah atau mendesak warganya untuk tetap di rumah.
Sementara itu Abe mengatakan, pemerintah Jepang akan memberikan bantuan 2 triliun yen (19 miliar dolar AS) untuk rumah sakit yang merawat pasien COVID-19. Bahkan Abe juga akan menambah nilai tersebut jika diperlukan.
Koran Yomiuri melaporkan bahwa fasilitas medis swasta di Jepang telah dilanda pandemi COVID-19. Pemerintah khawatir kebangkrutan di sektor medis akan meluas dan membuat mereka tidak mungkin menangani peningkatan mendadak pasien virus corona.
Rumah sakit yang menerima pasien COVID-19 harus mengurangi layanan lain sehingga pendapatan terpangkas. Bahkan, rumah sakit yang tidak menangani virus corona mengalami penurunan konsultasi karena banyak orang menghindari ruangan tertutup karena takut terpapar COVID-19.
Per Senin 10 Agutus, kasus positif COVID-19 di Jepang berjumlah 49.608. Yang sembuh mencapai 33.058 orang, dan yang meninggal dunia sebanyak 1.052 jiwa.