JAKARTA - Princeton Digital Group (PDG) penyedia pusat data terkemuka di Asia, mengumumkan rencana mereka untuk membangun salah satu fasilitas hyperscale terbesar di Tokyo, dalam waktu dekat. Perusahaan IT yang berbasis di Singapura itu akan mengeluarkan investasi sebesar 1 miliar dolar AS (sekitar 14,5 miliar rupiah).
PDG melihat Jepang merupakan pasar kelima yang ingin dimasuki perusahaan tersebut sejak perusahaan ini berdiri 4 tahun lalu. Lewat investasi ini, PDG mengambil langkah bersejarah dalam rencana mereka untuk membangun portofolio 600 Megawatt di seluruh kawasan Asia.
Kampus baru ini berada di kota Saitama dan akan memiliki kapasitas IT kritis hampir 100 megawatt (MW), pada dua fase, masing-masing 48,5 MW.
Kota Saitama adalah salah satu pusat komersial utama di wilayah Tokyo. Terletak sejauh 30 km dari utara pusat Tokyo, kampus PDG Saitama memiliki total luas lahan sebesar 33.047 m². Fasilitas tersebut dirancang untuk melayani para hyperscaler terkemuka di Jepang, yang merupakan salah satu pasar cloud paling dinamis di dunia.
PDG telah memiliki tanah dan sumber daya untuk pembangunan yang akan dimulai akhir tahun ini. Fasilitas tersebut akan dibangun dengan desain dan standar hyperscale terbaru, dengan skalabilitas, konektivitas, dan keandalan yang tak tertandingi.
“Kawasan Asia Pasifik akan menjadi pasar pusat data terbesar di dunia, dan pengumuman kali ini menggarisbawahi visi kami untuk menjadi pemimpin pasar di kawasan tersebut,” kata Rangu Salgame, Chairman dan CEO Princeton Digital Group.
BACA JUGA:
“Selama empat tahun terakhir, melalui strategi tiga cabang kami yaitu akuisisi, carve-out dan pengembangan greenfield, kami telah membangun portofolio pusat data yang kuat di seluruh pasar utama di Asia seperti Cina, Singapura, Indonesia, dan India.
PDG telah menjadi mitra pilihan bagi para hyperscaler di berbagai negara. Kedatangan mereka ke Jepang dan khususnya Tokyo menunjukkan kemampuan mereka untuk memasuki pasar-pasar baru yang penting bagi pelanggan.
Tokyo adalah pasar pusat data terbesar di Asia selain Cina dan masih berada dalam tahap awal pertumbuhan. Terutama dalam segi kehadiran dan ekspansi perusahaan hyperscaler global. Menurut Structure Research, pasar kolokasi hyperscale di Tokyo Raya diperkirakan akan mencapai nilai 1,6 miliar dolar AS (sekitar 23,2 triliun rupiah) pada tahun 2025, dan bertumbuh dalam CAGR sebesar 25,1% antara tahun 2021 dan 2025.
"Pasar Tokyo diproyeksikan untuk mendapat peningkatan permintaan akan pembangunan pusat data hyperscale ke depannya. Peningkatan tersebut datang dari apa yang kami yakini sebagai konvergensi beberapa faktor penting: pasar Jepang yang cukup besar dan dapat dilayani,” kata Jabez Tan, Head of Research di Structure Research.
Jepang, sebagai negara terbesar ke-3 di dunia berdasarkan GDP, ketidakhadiran platform cloud hyperscale domestik yang menjadi lanskap kompetitif dan ideal bagi para penyedia cloud hyperscale AS dan Cina. “Jepang menjadi pusat agregasi dan distribusi konektivitas utama untuk kabel bawah laut yang datang dari Pantai Barat AS untuk mengakses kawasan Asia Pasifik lainnya,” kata Jabez.