JAKARTA - Setelah sebelumnya memutuskan untuk menghentikan proyek Pusat Data Nasional (PDN) di Batam, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan bahwa proyek PDN tersebut akan dilanjutkan.
Namun, Meutya menegaskan bahwa pihaknya belum berkoordinasi dengan Kemenko bidang Perekonomian terkait dengan pembangunan Pusat PDN di Nongsa, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Sebelumnya melansir ANTARA, Direktur PT. Taman Resor Internet selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK Nongsa Peters Vincen menyebut, Batam akan menjadi lokasi pembangunan Pusat Data Nasional (PDN) kedua di Indonesia.
Saat ini, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park mempunyai ekosistem pusat data. Untuk PDN kedua, Kementerian Komunikasi dan Digital direncanakan akan mulai pembangunan pada 2025.
Meski demikian, Meutya menegaskan prinsipnya kementeriannya memang memerlukan banyak data center. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun swasta diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan ini, termasuk melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Swasta (PPP).
"Belum komunikasi dengan Pak Menko Airlangga, nanti dalam waktu dekat mungkin insya Allah kita akan ketemu. Pada prinsipnya kan memang tentu data center perlu banyak dan perlu di beberapa titik. Nah nanti mana yang dimasukkan dalam ekosistem PDN dan mana yang memang peran swasta itu kita lihat," jelas Meutya pada Kamis, 20 Maret di kantor Komdigi.
Adapun terkait dengan proyek PDN di Batam yang sebelumnya bekerja sama dengan Korea, Meutya menyatakan saat ini pemerintah sedang mengevaluasi kemungkinan kerja sama dengan pihak lain di luar Korea.
BACA JUGA:
"Yang dengan Korea memang sudah habis masa-waktunya 2 tahun, kita sekarang sedang meng-exercise kurang lebih kerjasama dengan pihak lain di luar Korea yang memang masa waktu kerjasamanya sudah selesai," tambah Meutya.
Sebagai informasi, kabar ini juga telah lama beredar pada pertengahan Juli 2024. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso saat itu mengungkap ada 6 investor baru yang mengantre untuk berinvestasi membangun pusat data di KEK Nongsa Digital Park, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Para investor tersebut berasal dari China, Jepang, dan Amerika Serikat (AS), tetapi belum diketahui nilai investasinya.