Bagikan:

JAKARTA – Pengguna baru membanjiri aplikasi media sosial China, RedNote, hanya beberapa hari menjelang rencana pelarangan TikTok di Amerika Serikat. Perusahaan yang kurang dikenal ini berusaha memanfaatkan lonjakan pengguna mendadak sambil mencoba menavigasi tantangan moderasi konten berbahasa Inggris.

Dalam obrolan langsung bertajuk “Pengungsi TikTok” di RedNote pada Senin, 13 JANUARI, lebih dari 50.000 pengguna Amerika dan China bergabung.

Pengguna veteran China, meskipun dengan sedikit kebingungan, menyambut rekan-rekan mereka dari Amerika dan bertukar pandangan tentang topik seperti makanan dan pengangguran kaum muda. Namun, kadang-kadang pengguna Amerika menyinggung topik yang lebih sensitif.

“Bolehkah kita bertanya tentang perbedaan hukum antara China dan Hong Kong?” tanya seorang pengguna Amerika.  “Kami lebih suka tidak membahas itu di sini,” jawab seorang pengguna China.

Pertukaran budaya spontan seperti ini terjadi di seluruh RedNote, yang dikenal di China sebagai Xiaohongshu. Aplikasi ini melesat ke puncak peringkat unduhan di AS minggu ini karena pengguna media sosial Amerika mencari alternatif TikTok, aplikasi milik ByteDance, menjelang larangan yang akan segera diberlakukan.

Lonjakan Pengguna yang Luar Biasa

"Dalam dua hari, lebih dari 700.000 pengguna baru bergabung dengan Xiaohongshu," kata seorang sumber yang dekat dengan perusahaan dikutip VOI dari Reuters. Unduhan RedNote di AS meningkat lebih dari 200% dibandingkan tahun sebelumnya dan 194% dibandingkan minggu sebelumnya, menurut perkiraan firma riset data aplikasi Sensor Tower.

Aplikasi media sosial Lemon8 milik ByteDance juga mengalami lonjakan serupa bulan lalu, dengan unduhan melonjak 190% pada Desember menjadi sekitar 3,4 juta.

Lonjakan pengguna ini tampaknya mengejutkan RedNote. Dua sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa perusahaan sedang berupaya keras memoderasi konten berbahasa Inggris dan mengembangkan alat terjemahan Inggris-Mandarin.

Keunikan RedNote

Berbeda dengan aplikasi sosial China lainnya yang memiliki versi domestik dan internasional, RedNote hanya memiliki satu versi aplikasi untuk semua pengguna, langkah yang jarang diambil aplikasi China lainnya yang tunduk pada aturan moderasi domestik.

Namun, perusahaan ini berusaha keras memanfaatkan perhatian mendadak ini, karena eksekutifnya melihat peluang besar untuk mencapai popularitas global seperti TikTok.

RedNote, yang didukung oleh modal ventura dan memiliki valuasi terbaru sebesar 17 miliar dolar AS (Rp277,7 triliun), memungkinkan pengguna untuk mengkurasi foto, video, dan teks tentang kehidupan mereka. Aplikasi ini juga telah menjadi mesin pencari de facto bagi lebih dari 300 juta pengguna untuk mencari tips perjalanan, produk anti-penuaan, dan rekomendasi restoran.

Saham beberapa perusahaan terdaftar di China yang berbisnis dengan RedNote, seperti Hangzhou Onechance Tech Corp, melonjak hingga 20% pada Selasa, 14 Januari, mencapai batas harian.

Alternatif TikTok bagi Pengguna AS

Lonjakan pengguna AS ini terjadi menjelang tenggat waktu 19 Januari bagi ByteDance untuk menjual TikTok atau menghadapi larangan di AS dengan alasan keamanan nasional. TikTok saat ini digunakan oleh sekitar 170 juta orang Amerika, sekitar setengah dari populasi negara tersebut, dan sangat populer di kalangan anak muda serta pengiklan.

“Orang Amerika yang menggunakan RedNote terasa seperti simbol perlawanan terhadap pemerintah AS yang dianggap terlalu ikut campur dalam bisnis dan privasi,” kata Stella Kittrell, 29, seorang kreator konten asal Baltimore, Maryland.

Beberapa pengguna mengatakan mereka bergabung dengan platform ini untuk mencari alternatif dari Facebook dan Instagram milik Meta, serta X milik Elon Musk. Banyak yang ragu bahwa mereka dapat membangun kembali basis pengikut TikTok mereka di aplikasi-aplikasi tersebut.

“Tidak sama: Instagram, X, atau aplikasi lainnya,” kata Brian Atabansi, 29, seorang analis bisnis dan kreator konten asal San Diego, California. “Karena di TikTok lebih organik untuk membangun komunitas,” tambahnya.