Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menyebutkan beberapa tantangan di era digital yang dihadapi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Menurutnya, tantangan paling krusial di era digital ini adalah perang melawan information disorder seperti hoax, bullying, ujaran kebencian, pencemaran nama baik dan juga fitnah.

Persoalan selanjutnya adalah keterbatasan sumber daya, kendala bahasa, kesenjangan ilmu pengetahuan, minimnya infrastruktur digital serta hambatan politik dan juga hukum. 

Menurut Nezar, kondisi tersebut sudah disadari sejak KTT Demokrasi ke-2 di Kosta Rika yang juga dihadiri ratusan perwakilan negara, perusahaan multinasional dan civil society dan menghasilkan Summit for Democracy Declaration

“Deklarasi yang disepakati oleh 65 lintas pemerintahan ini menekankan sembilan komitmen yang perlu diantisipasi oleh para negara, diantaranya adalah perlindungan HAM, jaminan atas kebebasan Pers, dan penegakan hukum; mencegah dan menangani korupsi; meningkatkan pemanfaatan teknologi yang mendukung demokrasi; mendukung pemilu yang adil dan berkualitas; serta mengatasi isu-isu global seperti pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim dan ketahanan pangan,” jelas Nezar dikutip Jumat, 22 Maret.

Kemudian, dalam KTT Demokrasi ke-3 yang berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum di 40 negara,  perhatian pada negara-negara low and middle income menjadi topik yang relevan dan penting dengan tema Democracy for Future Generations.

Menurut KTT tersebut, Nezar menambahkan, generasi muda memiliki peran penting dalam pengembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan yang saat ini sedang pesat berkembang. 

“Peran generasi muda jelas sangat menentukan baik dalam pengembangan teknologi, khususnya AI maupun menjaga dan meningkatkan kualitas demokrasi. Inilah tantangan demokrasi di era digital,” ujarnya lebih lanjut.