Honor Meluncurkan Smartphone dan Laptop Terbaru dengan Fitur Kecerdasan Buatan

JAKARTA - Pada Minggu, 25 Februari, perusahaan teknologi asal China, Honor, secara global meluncurkan smartphone terbarunya, Magic 6 Pro. Mereka juga memamerkan fungsi kecerdasan buatan (AI) eksperimental berupa pelacakan mata yang memungkinkan pengguna untuk membuka dan menggerakkan mobil mereka secara jarak jauh hanya dengan melihat layar ponsel mereka.

Alat tersebut sudah tersedia di China dan perusahaan sedang bekerja untuk mengintegrasikannya secara komersial di luar negeri. Honor, yang dijual oleh Huawei Technologies pada November 2020 dan kini dimiliki oleh Shenzhen Zhixin New Information Technology Co yang dimiliki negara, sebelum Minggu hanya merilis ponsel barunya secara eksklusif di China.

Perusahaan teknologi dan telekomunikasi merilis produk dan fitur baru menjelang Mobile World Congress (MWC) tahunan di Barcelona yang akan dimulai pada Senin, 26 Februari, dengan harapan kegembiraan seputar AI generatif akan meningkatkan prospek bisnis.

Pembuat smartphone berharap kegembiraan seputar AI akan membantu menghidupkan kembali pasar smartphone yang lesu, meskipun banyak pakar yang mengatakan bahwa AI generatif mungkin menimbulkan masalah hukum atau etika.

Honor, yang bersaing dengan perusahaan seperti Apple dan Oppo untuk mendapatkan bagian dari pasar smartphone China, juga sedang bekerja untuk mengintegrasikan secara global model bahasa besar yang disebut LlaMA 2 (LLM), sebuah alat yang mirip dengan ChatGPT, ke dalam ponsel mereka.

Menurut International Data Corporation, pada tahun 2023, Apple memiliki pangsa pasar sebesar 17,3% di China , sedangkan Honor memiliki pangsa pasar sebesar 17,1%.

Honor juga meluncurkan laptop terbarunya, MagicBook Pro 16, pada hari Minggu, dengan fitur AI yang memungkinkan pengguna untuk memindahkan aplikasi seperti aplikasi pesan antar perangkat, misalnya dari smartphone Android ke PC Windows, dengan satu kali seret.

"Kami sangat percaya pada kekuatan transformatif dari sinergi kolaboratif, terutama di era AI," kata CEO perusahaan, George Zhao, dalam sebuah pernyataan.