Bagikan:

JAKARTA - Teknologi kripto dan kecerdasan buatan (AI) adalah dua bidang yang sedang berkembang pesat di era digital. Keduanya memiliki potensi untuk memberikan solusi inovatif bagi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, bisnis, dan pemerintah.

Vitalik Buterin, salah satu pendiri Ethereum, platform blockchain terkemuka, membagikan pandangannya soal potensi dan tantangan kolaborasi antara teknologi kecerdasan buatan (AI) dan kripto. Ia yakin bahwa penggabungan kedua teknologi tersebut dapat menciptakan sistem digital yang lebih efisien, aman, dan demokratis. Di sisi lain, dia juga memperingatkan soal kemungkinan adanya risiko yang ditimbulkan dari penggunaan AI yang tidak tepat.

Dalam sebuah blog post yang dipublikasikan pada 30 Januari, Buterin menguraikan kesamaan teoritis antara otomatisasi AI dan desentralisasi kripto. Namun, penggabungan keduanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dikembangkan.

Hal ini disebabkan oleh kendala di kedua bidang tersebut, seperti keterbatasan komputasi, privasi, dan keamanan. Ia menegaskan bahwa perkembangan baru telah mengubah lanskap tersebut.

Menurutnya, pengembangan model bahasa AI yang kuat, seperti GPT-3, dan perangkat kripto yang canggih seperti safe multi-party computing dan zero-knowledge proofs, membuka pintu bagi kerja sama produktif di antara kedua bidang tersebut.

“Dalam tiga tahun terakhir, dengan munculnya AI yang lebih kuat dalam bentuk Modern LLMs, dan kripto yang lebih kuat dalam bentuk solusi skala blockchain serta ZKPs, FHE, (dua pihak dan N-pihak) MPC, saya mulai melihat perubahan ini,” pungkas pendiri Ethereum.

Buterin menambahkan, “Memang ada beberapa aplikasi menjanjikan dari AI di dalam ekosistem blockchain, atau AI dengan kripto, meskipun begitu penting untuk berhati-hati mengenai bagaimana AI diterapkan.”