JAKARTA - Suara dentuman keras terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Beberapa dentuman berhasil diidentifikasi sumbernya. Namun lainnya masih menjadi misteri hingga saat ini.
Awal tahun 2020, suara dentuman kencang terdengar di beberapa wilayah di Jakarta. Banyak yang menduga jika dentuman itu berasal dari suara erupsi Gunung Anak Krakatau.
Namun hal tersebut kemudian dibantah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan menyebut dentuman yang terdengar di wilayah Jabodetabek tersebut bukan berasal dari suatu letusan Gunung Anak Krakatau.
Gua lagi di Turen, Malang.
Ada yg denger suara dentuman berkali-kali ga?
— Dzawin Atlit E-Sport (@Dzawinur) February 2, 2021
Selang beberapa bulan kemudian, suara dentuman kembali menghebohkan warganet di Twitter. Sejumlah postingan mengaku mendengar suara semacam dentuman cukup keras di seluruh wilayah Jawa Tengah, pada 11 Mei tahun lalu.
Tagar atau hastag #Dentuman pun berjejer di trending topic Twitter. Pasalnya banyak warganet yang berpendapat bila suara dentuman ini, serupa dengan kejadian yang dialami warga Jabodetabek pada bulan April.
11/04 dentuman jabodetabek
11/05 dentuman Jawa Tengah
Rumah jawa tengah tapi ga denger #dentuman pic.twitter.com/gxBq3Ms9le
— Laranjo Rosess (@Anindyati30) May 11, 2020
Dipenghujung tahun 2020, suara dentuman keras juga didengar warga Desa Jontona, Nusa Tenggara Timur. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan suara dentuman itu berasal dari erupsi Gunung Api Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata pada Rabu, 2 Desember.
BACA JUGA:
Terkait fenomena suara dentuman ini, VOI bertanya pada Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin. Dia menilai maraknya suara dentuman viral karena pengaruh media sosial (Medsos). Pasalnya laporan suara dentuman seringkali tidak jelas, bahkan waktu kejadiannya juga tidak selalu runut.
"Kami belum mendapat data pendukung terkait lainnya, seperti kesaksian warga melihat objek langit atau data seismograf BMKG terdekat. Tapi karena pengaruh medsos, seolah-olah dentuman tersebut saling berkait. Bisa saja sumbernya tidak tunggal dan lokal," papar Thomas pada VOI.
Sejatinya ada beberapa hal yang bisa diduga jadi penyebab munculnya suara dentuman, mulai dari adanya benda jatuh dari langit hingga sonic boom. Namun untuk memastikannya Lapan, perlu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti BMKG atau TNI.
Kendati objek besar seperti meteor atau asteroid bisa jadi penyebab suara dentuman. Mengingat dalam prosesnya, meteor dapat memicu gelombang kejut hingga suara dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa.
Namun sebagian besar asteroid yang jatuh ke permukaan Bumi (darat atau laut) akan terkikis dengan atmosfer Bumi. Sehingga bentuknya akan lebih kecil dari ukuran awalnya. "Kalau meteor kecil tidak bisa diperkirakan," imbuh Thomas.
Creepy noises heard in Bryan Texas with lightning up in the sky, 2020 is crazy as fuck and it's only may pic.twitter.com/vR2DxxK0oD
— 🧩owais (@GNARLYLUST) May 31, 2020
Skyquake
Melansir laman Science How Stuff Work, skyquake sering disebut-sebut sebagai dentuman yang berasal dari langit, maupun meteor jatuh. Suaranya mirip seperti meriam dan ledakan besar lainnya yang jatuh ke tanah.
Suara dentuman bisa hanya sekali atau berkali-kali dan bunyinya seperti tembakan meriam, sonic boom, atau terompet. Bahkan dilaporkan fenomena ini, sudah terdengar selama bertahun-tahun di berbagai belahan dunia.
Skyquake juga memiliki beragam istilah sesuai dengan negara tempat terjadinya, misalnya di Bangladesh, skyquake disebut Barisal guns (senjata Barisal). Selain itu, Italia memiliki beberapa nama untuk skyquakes, yakni balza, brontidi, lagoni, dan marine. Sementara di Jepang, dentuman itu diberi nama umimari (tangisan dari laut).
Para ilmuwan percaya ada beberapa kejadian yang tidak mungkin jadi penyebab skyquake. Tidak ada bukti bahwa suara dentuman berasal dari bencana industri akibat pemanasan global, pergeseran lempeng tektonik, dan lubang di lapisan ozon.