Bagikan:

JAKARTA - Meluasnya penggunaan media sosial telah memungkinkan orang untuk berbagi cerita dan pengalaman pribadi mereka secara online, yang terkadang berakibat cyberbullying

Cyberbullying adalah masalah global yang terjadi ketika individu melecehkan, mengintimidasi, atau mengancam orang lain melalui platform digital, seperti media sosial, aplikasi pesan instan, atau forum online.

Di Indonesia, isu mengenai bullying dan cyberbullying telah beredar luas. Sebuah studi tahun 2019 yang dilakukan oleh Polling Indonesia dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyoroti bahwa 49% pengguna internet Indonesia pernah mengalami perundungan di media sosial.

Pada akhir tahun 2015, Audrey Maximillian Herli dan saudaranya, Audy Christopher Herli, mengembangkan Riliv, sebuah startup yang menawarkan layanan konseling dan kesehatan mental. Kemudian pada tahun 2022, Riliv menggalang pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures.

Pasca pandemi, Maxi mengungkapkan bahwa permintaan konsultasi online melonjak sangat tinggi, hingga 800 persen. 

“Semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kesehatan mental dan merasakan meningkatkan kualitas hidup mereka, baik secara fisik maupun mental. Selain itu, mereka juga sudah merasa nyaman dengan konsultasi online. Maka, preferensi sistem online masih ada,” kata Maxi dalam sebuah pernyataan yang diterima. 

Hingga Maret 2023, lebih dari 900.000 orang di seluruh Indonesia telah mengunduh aplikasi Riliv, dan lebih dari 100 psikolog profesional bermitra dengan Riliv. Ada tiga fitur favorit Riliv, seperti Counseling, Journal, dan Meditation, untuk pengguna individu dan karyawan perusahaan.

Seiring meningkatnya kesadaran kesehatan mental, masalah kesehatan mental pun meningkat. Namun, fasilitas medis dan psikologis tetap tidak mencukupi untuk menangani permintaan yang terus meningkat. 

Untuk memperkuat jaringan kesehatan jiwa di Indonesia, pemerintah mendorong kolaborasi antara pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swasta, organisasi profesi, komunitas, dan startup lainnya untuk mengembangkan pendekatan terpadu dalam upaya kesehatan jiwa. 

“East Ventures saat ini mendukung beberapa startup kesehatan mental, termasuk Riliv, karena kami percaya bahwa menjaga kesehatan mental sama dengan menjaga kesehatan fisik," ujar David Fernando Audy, Operating Partner East Ventures.

Maxi menegaskan bahwa Riliv sepenuhnya selaras dengan inisiatif pemerintah dan terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan guna memperluas penyebaran informasi dan pengetahuan terkait kesehatan mental di Indonesia untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.

“Kami bermimpi seluruh rakyat Indonesia harus sehat secara mental. Kami selalu berharap masyarakat Indonesia menganggap kesehatan mental sebagai kesehatan fisik, dan tidak ada lagi stigma bahwa orang yang berkonsultasi dengan psikolog itu aneh atau gila," pungkas Maxi.