JAKARTA - Para ilmuwan telah menemukan spesies kelelawar yang mampu melindungi dirinya dari pemangsa burung hantu. Cara yang dilakukan kelelawar itu cukup unik, ia berdengung seperti lebah.
Kelelawar tersebut merupakan mamalia yang dikenal sebagai mimikri Batesian, dan merupakan salah satu contoh langka dari jenis akustik, di mana seekor binatang dapat meniru suara binatang lain untuk mencegah pemangsa mendekatinya.
Mimikri akustik secara kebetulan ditemukan oleh para ilmuwan ketika meneliti kelelawar bertelinga tikus yang lebih besar, spesies asli Eropa. Tim menangkap kelelawar yang berukuran panjang hingga 9 cm dari kepala hingga ekor, dengan lebar sayap 40 cm.
"Dalam mimikri Batesian, spesies yang tidak bersenjata meniru yang bersenjata untuk mencegah pemangsa. Bayangkan kelelawar yang telah ditangkap tetapi tidak dibunuh oleh pemangsa. Suara mendengung mungkin menipu pemangsa untuk sebagian kecil selama sedetik, cukup untuk terbang," ungkap Profesor Danilo Russo dari University of Naples.
Melansir SkyNews, Selasa, 10 Mei, Profesor Danilo mengatakan bunyi dengung dari kelelawar itu tercipta ketika ia selesai menangkapnya dengan menggunakan jaring.
"Ketika kami menangani kelelawar untuk mengeluarkan mereka dari jaring atau memprosesnya, mereka selalu berdengung seperti tawon," ujar Profesor Danilo.
Dengungan itu tampaknya merupakan panggilan darurat yang tidak biasa dan para ilmuwan bertanya-tanya apakah dengungan itu dimaksudkan sebagai peringatan evolusioner bagi kelelawar lain atau untuk mencegah pemangsa.
Mereka menemukan bahwa suara dengungan kelelawar itu mirip dengan suara serangga yang menyengat, dan kemudian mereka memainkan suara tersebut saat ilmuwan mendekati burung hantu di penangkaran, yakni pemangsa alami kelelawar untuk melihat bagaimana kelelawar itu bereaksi.
BACA JUGA:
"Burung hantu yang berbeda bereaksi dengan cara yang bervariasi, kemungkinan tergantung pada pengalaman mereka sebelumnya. Namun demikian, mereka secara konsisten bereaksi terhadap dengungan serangga dan kelelawar dengan bergerak lebih jauh dari speaker. Sebaliknya, suara mangsa potensial membuat mereka bergerak lebih dekat," kata tim penelitian.
Menariknya dari penelitian yang telah diterbitkan di jurnal Cell Biology ini, ketika mereka mengadaptasi analisis suara untuk mengecualikan parameter akustik yang tidak bisa didengar burung hantu, dengungan kelelawar bahkan lebih mirip dengan lebah.
"Agak mengejutkan bahwa burung hantu mewakili tekanan evolusioner yang membentuk perilaku akustik pada kelelawar sebagai tanggapan atas pengalaman tidak menyenangkan yang dialami burung hantu dengan serangga yang menyengat," jelas Profesor Danilo.
"Ini hanyalah salah satu contoh tak berujung dari keindahan proses evolusi," tambahnya. Dia mencatat bahwa banyak spesies vertebrata lainnya juga berdengung ketika terganggu, sesuatu yang mereka rencanakan untuk diselidiki dalam studi masa depan.