Bagikan:

JAKARTA – Pabrik chip Qualcomm Inc mengumumkan pada Rabu, 16 Maret  bahwa pihaknya telah berhenti menjual produk ke perusahaan-perusahaan Rusia. Hal ini sesuai dengan sanksi yang dikenakan AS setelah Moskow menginvasi Ukraina, akhir Februari lalu.

Tindakan perusahaan itu diungkapkan oleh Wakil Presiden Senior urusan Pemerintahan, Nate Tibbits, dalam sebuah tweet sebagai balasan atas komentar Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov.

Sebelumnya, Fedorov, telah mendesak Tibbits untuk menghentikan pasokan ke Rusia. Fedorov mengatakan produk Qualcomm masih tersedia di Rusia dan "secara tidak sengaja memungkinkan negara ini untuk membunuh ribuan orang Ukraina."

Dalam jawabannya, Tibbits mengatakan, "Ini tidak benar. Qualcomm telah menyerukan resolusi damai untuk agresi Rusia di Ukraina, memberikan sumbangan langsung ke organisasi bantuan & mencocokkan kontribusi karyawan. Kami mematuhi sanksi AS & undang-undang tidak menjual produk ke perusahaan Rusia," kata Tibbits, seperti dikutip Reuters.

Berterima kasih atas langkah itu, Fedorov kemudian menyarankan agar pembuat chip dapat mengirim telepon satelitnya untuk penyelamat Ukraina jika ingin membantu negara itu.

Hingga invasi telah menarik kemarahan negara-negara Barat dan mengakibatkan beberapa perusahaan AS menghentikan operasi di Rusia. Sementara Rusia justru menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus".

Pendapatan dari Rusia dan Ukraina menyumbang kurang dari 1% dari total pendapatan Qualcomm selama ini. Jadi bagi mereka tak terlalu bermasalah jika menghentikan produknya ke perusahaan Rusia.