Bagikan:

JAKARTA - Industri otomotif Jerman, yang merupakan yang terbesar di Eropa dan menyerap sekitar 800.000 tenaga kerja, sedang menghadapi masa sulit dalam lima tahun terakhir. 

Menurut laporan The Financial Times, 21 Januari, transisi ke mobil listrik (EV) telah menambah kesulitan bagi industri otomotif di Jerman, yang telah terjepit akibat perlambatan ekonomi, inflasi, dan kenaikan suku bunga.

Model mobil baru tidak lagi dipasarkan berdasarkan kapasitas mesin, melainkan kemampuan perangkat lunak — pergeseran teknologi yang mencolok dari spesialisasi Jerman ke bidang di mana industri otomotif negara ini terkenal lambat. 

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri otomotif Jerman adalah kemajuan pesat industri otomotif China dan Amerika Serikat dengan EV. Perusahaan-perusahaan China, seperti BYD dan SAIC, hingga Tesla dari AS telah duluan berinvestasi besar-besaran dalam EV dan teknologinya.

Kini, perusahaan-perusahaan seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Volkswagen berusaha meningkatkan penjualan mobil listrik (EV) sementara sejumlah start-up China malah mengumumkan peluncuran model listrik canggih di Eropa. 

Sementara, di sisi lain pemasok otomotif Jerman juga menghadapi persaingan yang semakin ketat dari pemasok China. Pemasok China memiliki keunggulan dalam hal biaya, karena mereka memiliki akses ke tenaga kerja yang lebih murah dan bahan baku yang lebih terjangkau.

Dalam tiga tahun menuju tahun 2023, jumlah pemasok utama di Jerman dilaporkan mulai mengurangi jumlah karyawan dengan lebih dari 30.000 pekerjaan hilang dalam periode yang sama.

Beberapa perusahaan pemasok otomotif terbesar seperti Schaeffler dan Continental, dalam beberapa tahun terakhir telah memperingatkan potensi pemotongan puluhan ribu pekerjaan, karena peningkatan investasi dalam teknologi masa depan. 

Bosch baru-baru ini mengumumkan pemotongan 1.200 pekerjaan, sementara ZF Friedrichshafen mengatakan bahwa mereka sedang meninjau operasinya dan dalam skenario terburuk, dapat memangkas hingga 12.000 pekerjaan dalam enam tahun ke depan.

Sebagian besar tekanan biaya yang saat ini dihadapi oleh pemasok berasal dari kebutuhan untuk berinvestasi dalam mobil listrik sekaligus mempertahankan pangsa pasar dalam industri mesin pembakaran internal yang sudah ada. 

Menurut laporan konsultan Strategy& yang dimiliki oleh PwC, pada tahun 2022 saja pemasok Jerman mengeluarkan 16 miliar euro untuk penelitian dan pengembangan, yang menjadi rekor pengeluaran.

Untuk diketahui, menurut laporan Lazard dan konsultan Roland Berger margin keuntungan untuk pemasok otomotif konvensional secara global, segmen di mana perusahaan Jerman mendominasi, telah menyusut rata-rata tiga persen dalam lima tahun hingga 2022.

Pemasok Jerman dikatakan masih memegang 25 persen pangsa pasar global, tetapi angka itu telah turun tiga poin persentase sejak 2019, menurut laporan Strategy&, yang menunjukkan bahwa sebagian besar telah hilang ke pesaing dari Asia.