Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan istrinya Atalia Praratya ikhlas melepas putra sulungnya, Emmeril Kahn Mumtadz. Di twitter-nya Kang Emil--sapaan Ridwan Kamil--dan keluarga menuliskan hal menyentuh. Ia mengikhlaskan sang putra Emmeril Kahn Mumtadz yang tenggelam di Sungai Aare, Bern, Swiss.
"Innalilahi wainna illaihi rajiun, Dengan ini kami secara resmi melepas dan mengikhlaskan sepenuh hati atas berpulangnya anak kami tercinta ananda Emmeril Kahn Mumtadz," cuit Kang Emil.
Kang Emil juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas semua kesalahan atau kekhilafan semasa hidup almarhum.
Lewat tulisan tersebut secara resmi Kang Emil menyatakan Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril telah meninggal dunia.
Tak lama setelah cuitan tersebut, MUI, pejabat dan warga Jawa Barat menggelar sholat gaib. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun melakukan hal yang sama. Termasuk Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak warganya.
Bukan hanya warga Jawa Barat dan pejabat negara. Masyarakat Indonesia, seperti terungkap di banyak media dan sosial media juga ikut merasakan kepedihan Kang Emil dan keluarga. Ikut berdoa untuk Eril.
Kabar tenggelamnya Eril memang mengejutkan. Menjadi viral di sosial media dan media massa. Isinya nyaris seragam. Berduka dan menyatakan simpati. Ikut merasakan kesedihan Kang Emil dan istri. Apalagi Kang Emil dan Atalia kerap membagikan foto dan kalimat-kalimat menyentuh lewat media sosial. Saat mengikhlaskan Eril, tulisan Atalia di sosial media-nya membuat banyak yang membaca menitikkan air mata.
Maka tidak heran ketika Rara, si pawang hujan yang viral saat melakukan aksi di MotoGP Mandalika membuat ramalan melalui kartu langsung menuai hujatan. Netizen langsung mencemooh. Bahkan Dewan Pers mengeluarkan pernyataan yang meminta media mengedepankan empati dan simpati. Media diminta agar tetap berpatokan pada kode etik jurnalistik. Walau medium yang disampaikan Rara bukan produk pers namun ada media yang memberitakan.
Dalam keterangannya Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra mengingatkan agar media massa bekerja sesuai kode etik dan mempublikasikan pemberitaan dengan penuh tanggung jawab dan berdampak positif bagi publik. Dewan Pers meminta media dari berbagai platform seyogianya tidak memuat berita yang berkaitan dengan prediksi atau ramalan terkait sebuah peristiwa tragedi kemanusiaan.
Lembaga pers juga diminta menampilkan karya jurnalistik yang berdampak positif bagi kemanusian, sesuai kode etik dan tidak melakukan glorifikasi yang akan membuat setiap keluarga korban tragedi kemanusiaan tertekan dan merasa bersalah.
Apa yang disampaikan Dewan pers melalui pernyataan ketuanya, Ayzumardi Azra memang tepat. Peristiwa meninggalnya putra Ridwan Kamil di Emmeril Kahn Mumtadz di sungai Aare, kota Bern, Swiss tidak dipungkiri punya nilai berita yang kuat. Semua menulis dari berbagai sisi. Rata-rata menuai pembaca. Kalau kemudian Rara si pawang hujan membuat prediksi lewat kartu tarot dan dimuat di media massa, rasanya memang tidak elok. Glorifikasi berlebihan terhadap sebuah tragedi kemanusiaan juga tidak etis. Harus memahami perasaan yang mengalami. Apalagi menjadikan tragedi sebuah konten dengan menggunakan prediksi atau ramalan seperti yang dilakukan Rara si pawang hujan. Seolah-olah sebuah tragedi sebuah hiburan untuk mencari sensasi.
Pemberitaan soal tragedi kemanusiaan bukan hanya terkait musibah yang dialami keluarga Ridwan Kamil. Korban bencana dan tergedi kemanusiaan lain pers juga harus bijak. Jangan sekedar sensasi. Harus menyadari bahwa pers merupakan pilar ke empat demokrasi. Fungsi pers tidak hanya menghibur, tapi juga berfungsi sebagai media informasi, pendidikan dan kontrol sosial.