JAKARTA - Presiden Jokowi mengajak gubernur 34 provinsi dan sejumlah pejabat ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Ini yang menarik. Gubernur yang datang tidak sekedar seremonia tapi membawa tanah dan air dari daerah masing-masing. Tanah dan air itu kemudian disatukan.
Penyatuan tersebut menurut Presiden Jokowi merupakan simbolisasi bentuk kebinekaan yang dimiliki Indonesia. Selain itu, juga lambang persatuan erat seluruh bangsa Indonesia. Merupakan bentuk dari kebinekaan dan persatuan yang kuat dalam rangka membangun Ibu Kota Nusantara ini. “Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, swasta, dan seluruh masyarakat dalam mendukung pembangunan ibu kota negara ini akan sangat membantu agar apa yang kita cita-citakan ini bisa segera terwujud," jelas Jokowi seperti dimuat di situs resmi presiden.
Secara kasat mata memang menarik. Para gubernur juga membawa tanah dan air pilihan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan misalnya. Ia membawa tanah Kampung Akuarium. Kampung di DKI yang sering banjir dan sempat digusur di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Di akun Instagram-nya, @aniesbaswedan, Anies berharap tanah dari Kampung Aquarium menghadirkan harapan bahwa pembangunan kota baru yang akan dijadikan ibu kota ini hendaknya tidak memarginalkan rakyat kecil dan justru nyata-nyata akan memberikan kemajuan dan kebahagiaan bagi semua, khususnya rakyat kebanyakan.
Sedangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo malah lebih filosofis. Melalui cuitan akun media sosialnya Ganjar mengatakan bahwa tanah yang diambil tersebut berasal dari Gunung Tidar Magelang. "Untuk tanah, saya ambil dari pusatnya Tanah Jawa, yaitu di Gunung Tidar Magelang. Di sinilah marabahaya yang mengancam Jawa ditaklukkan," tulisnya.
Alasan membawa tanah dari Gunung Tidar itu, harapan Ganjar, dapat menjaga keseimbangan. Sebab, di lokasi tersebut ada rajah dari Syaech Subakir yang ditancapkan untuk menjaga keseimbangan. “Rajah, makam dan senjata beliau dimakamkan di sana dan bisa kita temui hingga kini," jelasnya. Sementara untuk airnya diambil dari dua sendang yang ada di Gunung Lawu. "Di lereng gunung itu, ada sebuah pertapaan yang banyak dimanfaatkan oleh para tokoh dari dulu hingga sekarang. Namanya pertapaan Bancolono. Di dekat pertapaan itu ada dua sendang yaitu Sendang Lanang dan Sendang Wedok," lanjut Ganjar.
Setelah air dan tanah dari 34 provinsi disatukan, presiden bersama gubernur di provinsi Kalimantan menginap di tenda. Terlihat juga beberapa menteri dan pejabat negara. Di titik nol pembangunan IKN, selain rapat dengan sejumlah pejabat negara, dari foto di akun Facebook resminya juga dimuat Presiden Jokowi memakai sarung duduk termenung di depan tenda.
Perihal seremonia yang dilakukan Presiden Jokowi tersebut sontak membuat masyarakat terbelah. Ada yang mendukung sebagai bentuk simbol persatuan. Tidak sedikit yang nyinyir. Ada yang mengatakan di era digital Presiden Jokowi justru melakukan praktik klenik.
Apa pun itu, percaya atau tidak, seremonia bisa dilakukan dengan cara apapun. Sebagai simbol, yah sah-sah saja. Kalau menyambut tamu kehormatan pun, dalam bentuk yang berbeda sebagai simbol penghormatan kadang dilakukan dengan tarian. Atau peresmian gedung digelar acara gunting pita. Pada prosesi akad nikah adat Jawa ada seremonia injak telur sebagai harapan memperoleh keturunan, simbol menjaga keluarga yang tertutup rapat dan harus terjaga. Selain menjadi lambang kesucian seorang perempuan.
Dalam lingkup kecil, toh di era digital ini masih banyak yang melakukan tradisi potong tumpeng. Tidak ada yang protes. Juga simbolisasi penyatuan tanah dan air dari seluruh Indonesia sangat baik. Melambangkan kebinekaan, persatuan dan kesatuan. Mungkin saja, puluhan tahun ke depan, jika datang ke IKN, anak cucu atau malah cicit ingat meski di Kalimantan bahwa titik nol IKN terdapat tanah dan air dari seluruh provinsi di tanah air. Sesuatu yang bisa menumbuhkan rasa kedekatan dan kebanggaan.