Tingkat cedera Atlet Sumbar di PON Papua 2021 Tertinggi, Dokter: Saya Bertugas sejak PON 2000 dan kali ini Paling Sibuk
Dokter kontingen Sumatera Barat Dr. dr. Afriwardi melihat kondisi atlet yang cedera (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dokter kontingen Sumatera Barat Dr. dr. Afriwardi menyebut tingkat cedera atlet Sumbar pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua adalah yang tertinggi dibandingkan dengan PON sebelumnya.

"Tingkat cedera atlet di PON kali ini cukup tinggi. Saya menjadi tim kesehatan sejak PON 2000, dan pada PON kali ini tim dokter dan massage paling sibuk, terutama di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Merauke," kata Afriwardi melansir Antara, Rabu.

Menurut dia, memang di setiap penyelenggaraan PON ada beberapa atlet yang cedera saat bertanding, namun intensitasnya tidak setinggi pada PON tahun ini.

"Selain lucky draw, ini menandakan perjuangan atlet yang luar biasa. Kalau kita sebut karena kurangnya persiapan fisik, itu tidak juga karena kondisi atlet hampir sama antara satu dengan lainnya," ujar Afriwardi.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) itu mengatakan saat ini kondisi atlet Sumbar yang mengalami cedera sudah ditangani dengan baik.

"Alhamdullilah, saat ini kondisi atlet kita yang cedera sudah membaik," tutur Afriwardi.

Perjuangan duta-duta olahraga Sumatera Barat di PON XX Papua terbilang luar biasa. Sejumlah atlet bahkan tak menghiraukan cedera yang mereka derita saat bertanding.

Di antara mereka, ada yang menangis ketika wasit atau pelatih menghentikan pertandingan lantaran dianggap tidak bisa melanjutkan pertandingan akibat cedera yang mereka alami.

Beberapa atlet Tuah Sakato pun gagal melanjutkan perjuangan mereka di medan laga gara-gara cedera, di antaranya atlet muaythai, gantole, taekwondo dan pencak silat.

Sementara di Kabupaten Merauke, ada Renggi Lukmana yang harus mengalami patah jari kaki dan memar sehingga harus di gips akibat jatuh dua kali di perlombaan balap motor beregu dan perorangan.

Kemudian atlet gulat Delfita yang rela menunda operasi ligamen hanya untuk bertarung di PON Papua. Ia bahkan sempat akan digantikan saat menjalani training camp (TC) akibat cedera tersebut. Lalu menjelang babak final, tim dokter PB PON menyarankan agar dia tidak bertanding, namun Delfita bersikeras menjalankan pertandingan dan meraih perak untuk Sumbar.

Setelah itu, ada pula pegulat Gilang Ilhaza yang juga mengalami cedera ligamen di jari kanannya. Rasa sakit harus ia tahan sebaik mungkin sepanjang pertandingan, mulai dari babak penyisihan sampai final. Ujung jarinya tak bisa digerakkan dan seolah lepas. Namun dengan bantuan masseur kontingen, ia pun berusaha keras untuk menghasilkan yang terbaik dan merebut perak di nomor 74 kilogram putra gulat gaya bebas.