Bagikan:

JAKARTA - Kontingen tuan rumah Papua berpesta di cabang olahraga binaraga Pekan Olahraga Nasional (PON) XX dengan menyabet tiga medali emas pada perlombaan yang berlangsung di Auditorium Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua, Senin. Salah satunya, Oto Gidion Wantik.

Oto menyabet medali emas di kelas 65 kg, mengungguli Bambang Sujatmiko (D.I. Yogyakarta) dan Kariyono (Jawa Timur) yang masing-masing kebagian medali perak dan perunggu.

Diketahui, olahraga yang satu ini dinilai berdasarkan kemampuan atlet memperagakan bentuk tubuh yang indah dan berotot melalui pose dalam usahanya memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang berotot sehingga menimbulkan kesan yang menarik dan bentuk keperkasaan tubuh si peserta.

Lalu, apa rahasia Oto agar mampu mencuri perhatin juri? Ulat sagu! Ya, menu kearifan lokal Papua ini menjadi alternatif asupan protein hewani yang efektif untuk menambah massa otot. Inilah yang dikonsumsi Oto.

"Ulat sagu proteinnya bagus. Papua kaya dengan protein yang begitu luar biasa. Saya kira di Papua tidak ada yang kurang," kata peraih emas PON XX Papua kelas 65 kg Oto di Jayapura, melansir Antara, Selasa.

Laporan penelitian menyebutkan bahwa larva dari kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugenesis) yang kerap bertelur di pucuk pohon sagu berprotein 9,34 persen atau hampir separuh dari daging merah yang mencapai 28 gram lebih protein per 100 gram konsumsi.

Selain itu, santapan khas Papua itu juga mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84 persen), asam glutamat (2,72 persen), tirosin (1,87 persen), lisin (1,97 persen), dan methionin (1,07 persen).

Oto meyakini bahwa ulat sagu mampu membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari serangan virus dan bakteri penyebab penyakit. Kandungan asam lemak pada ulat sagu juga mampu menghalau peradangan pada tubuh dan menurunkan kadar trigliserida pada tubuh sehingga jantung akan menjadi lebih sehat.

Rasa ulat sagu disebut Oto mirip dengan sensasi menyantap potongan lemak daging sapi namun dengan semburat rasa gurih yang lebih kuat. Sajiannya disarankan dengan cara dibakar biar lebih sedap di mulut.

"Ulat sagu ini bisa dimasak dengan cara dibakar atau direbus. Tapi lebih sedap dibakar," katanya.

Sajian lain bisa dilakukan dengan cara dibakar lalu dibungkus dengan varian daun lalapan seperti yang dilakukan atlet Papua peraih emas binaraga di kelas 75 kg PON XX Edoardus Apcowo.

"Kalau saya biasanya dibungkus dengan lalapan daun. Kalau menurut saya ulat sagu lebih mirip sama rasa ikan salmon. Sangat cocok buat protein tubuh," katanya.

Peraih medali emas PON XVIII Riau 2012 itu justru mengecap rasa gurih ulat sagu berasal dari kandungan lemak larva berwarna putih dan terlihat gemuk itu.

"Baik untuk protein dan otot. Karena dia punya lemak itu bukan lemak jenuh," katanya.

Edo menyebut ulat sagu cocok bagi atlet pemula yang ingin merintis karir di binaraga sebab harga jualnya yang relatif terjangkau.

Harga ulat sagu di sejumlah lokasi kuliner di Papua dibanderol seharga Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per 25 ekor kata Edo menambahkan.

Bahkan ulat tersebut cenderung mudah didapat pada perkebunan pohon sagu.