JAKARTA - Hoaks pada dasarnya punya dua prinsip utama. Prinsip too good to be true dan too bad to be true.
Prinsip yang berlaku jamak. Ketika mendapat narasi yang begitu indah tentang sesuatu, maka hal yang pertama yang patut muncul adalah curiga. Begitu halnya narasi yang terlalu buruk, yang lebih baik direspons secara kritis.
Berbicara urusan sepak bola pun sama. Saat ada narasi yang terlalu buruk tentang bahasan yang debatable, seperti pergantian pelatih Tim Nasional Indonesia, hal itu patut dikritisi sekaligus dicurigai.
Memiliki persepsi positif atau negatif atas pergantian pelatih dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert pun sah-sah saja.
Hal itulah yang diungkapkan pemerhati sepak bola Indonesia, Rio Chaniado, menyikapi isu panas yang menghinggapi Timnas Indonesia belakangan.
"Sebagai sebuah persepsi awal, pencinta bola berhak berprasangka. Berprasangka bahwa kebijakan ini keliru atau sebaliknya."
"Namun, memvonis kebijakan merekrut Kluivert benar atau salah rasanya terlalu dini dan tak adil."
"Soalnya, sepak bola tidak ditentukan oleh opini ataupun persepsi dari layar kaca. Namun, sepak bola ditentukan hasil di atas lapangan."
"Mari kita mengkaji secara kritis dan objektif soal pergantian pelatih Timnas Indonesia ini. Sejumlah fakta bisa dijadikan acuan awal," ujar pemerhati sepak bola Indonesia, Rio Chaniado.
SEE ALSO:
Rio lebih lanjut mengungkapkan bahwa fakta yang dimasuk ialah posisi Timnas Indonesia yang kini berada di peringkat ketiga klasemen Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sebagai informasi, dua peringkat teratas di klasemen akhir akan langsung lolos ke Piala Dunia 2026. Sementara peringkat ketiga dan keempat akan maju ke Putaran Keempat Kualifikasi.
"Fakta kedua adalah soal konflik yang terjadi antara pemain dan pelatih. Yang jadi fakta adalah konflik Shin Tae-yong dan Elkan Bagott dan Stefano Lilipaly."
"Fakta ketiga adalah persoalan komunikasi. Bukan rahasia bahwa selama ini Shin Tae-yong tak bisa berkomunikasi langsung dengan pemainnya akibat kendala bahasa."
"Sehingga, selama ini dalam berkomunikasi pelatih asal Korea Selatan itu selalu menggunakan jasa penerjemah," ujar Rio lagi.
Kondisi tim yang dinamis dengan masuknya banyak pemain baru membuat faktor komunikasi jadi amat sangat penting.
Jika tidak, maka konsolidasi internal tim bisa berantakan dan berujung konflik internal.
"Jadi, fakta pula bahwa dalam kontrak baru Shin Tae-yong dengan PSSI mengharuskannya belajar bahasa, setidaknya Inggris, untuk menghilangkan masalah komunikasi. Namun, hingga kini semua urung dilakukan Shin."
"Tak heran jika kemudian muncul isu harmonisasi dalam Skuad Garuda. Ini seperti disinggung dalam konferensi pers soal pergantian pelatih Timnas Indonesia."
"Usai laga melawan Bahrain dan jelang laga lawan China ada dinamika internal. Dinamika ini bisa terlihat dengan dicoretnya Eliano Reijnders, dicadangkannya Thom Haye, hingga Mees Hilgers yang hanya main satu babak sebelum keluar. Pada laga November pun Hilgers menolak tampil," kata Rio menganalisis kejadian sebelumnya.
Sudah bukan rahasia umum bahwa pergantian pelatih, yang boleh dibilang punya label top, bisa terjadi karena tuntutan suporter atau tekanan dari pemain di ruang ganti.
PSSI jelas tak mau melihat para pemain naturalisasi, yang sudah susah payah dipindah warga negara, enggan membela Timnas.
Apalagi, nama-nama pemain diaspora itu punya predikat yang tidak bisa dipandang sebelah mata di Eropa.
Dengan indikasi ada konflik di kamar ganti Timnas Indonesia, pergantian pelatih bisa menjadi solusi. Hal ini tentu untuk mencegah dampak yang lebih buruk terjadi.
"Saya pribadi tidak melihat pergantian dari Shin Tae-yong ke Kluivert sebagai bagian dari strategi instan lolos ke Piala Dunia 2026."
"Lebih dari itu, ini adalah konsolidasi internal Timnas Indonesia di tengah dinamika yang terjadi."
"Dengan masuknya Kluivert, masalah komunikasi dan kamar ganti diharapkan bisa mereda dengan segera. Di samping itu, hal ini juga jadi bagian dari strategi konsolidasi tim menjelang bergabungnya sejumlah pemain keturunan papan atas, seperti Ole Romney dan Jairo Riedewald," ujar Rio.
Publik tak bisa mengelak bahwa sejatinya lonjakan prestasi Timnas Indonesia terjadi karena materi pemain keturunan yang memang punya kelas di level atas Asia.
Dengan bergabungnya Ole dan Jairo bisa dibilang secara teknis kekuatan Skuad Garuda akan semakin meningkat dibanding sebelumnya.
Jadi, hadirnya pelatih baru punya peran tak sekadar teknis melainkan nonteknis. Dalam situasi inilah secara objektif peran Kluivert terlihat masuk akal.
Dia tak sekadar mengepalai soal taktik, tapi juga mengepalai konsolidasi seluruh tim. Perannya diharap sebagai perekat tim, bukan justru sumber konflik.
"Pada akhirnya strategi mengambil Kluivert sebagai pelatih kepala punya potensi positif bisa pula sebaliknya."
"Namun, semua potensi itu baru terbukti nanti setelah Timnas Indonesia mengarungi seluruh laga Kualifikasi Piala Dunia 2026."
"Mari kita nilai secara kualitatif dan kuantitatif performa Timnas Indonesia di atas lapangan. Jangan justru menilai sekadar karena prasangka apalagi fabrikasi informasi di sosial media. "
"Mengutip perkataan penulis besar Pramoedya Ananta Toer, 'Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan'," kata Rio menutup wawancara.
Terlepas dari itu, perkenalan pelatih baru Timnas Indonesia rencananya akan dilakukan PSSI pada 12 Januari 2025.
Federasi baru mengumumkan bahwa kesepakatan dengan Patrick Kluivert sudah tuntas pada Rabu, 8 januari 2025.