JAKARTA - Sejarah Timnas Indonesia dipenuhi dengan pergantian pelatih yang menarik. Sejak masa Johannes Mastenbroek di tahun 1934 hingga Shin Tae-yong, banyak pelatih telah berkontribusi terhadap perjalanan timnas Garuda. Dari pelatih lokal hingga asing, setiap sosok membawa cerita tersendiri dalam membangun tim nasional.
Pelatih Terlama: Antun Pogacnik (1954-1963)
Antun Pogacnik, pelatih asal Yugoslavia, memegang rekor sebagai pelatih terlama yang menangani Timnas Indonesia. Ia melatih selama hampir satu dekade, yaitu dari 1954 hingga 1963. Pogacnik dikenal sebagai sosok yang membawa Timnas Indonesia tampil impresif di berbagai turnamen internasional, termasuk melaju ke perempat final Olimpiade Melbourne 1956. Keberhasilannya menjadikan periode ini salah satu era keemasan Timnas.
Pelatih Tercepat: Endang Witarsa (1970 dan 1981)
Endang Witarsa, pelatih legendaris Indonesia, tercatat sebagai pelatih dengan masa jabatan tersingkat. Ia melatih Timnas pada 1970 dan kembali pada 1981, namun hanya dalam beberapa pertandingan. Meski masa kepelatihannya singkat, kontribusi Endang Witarsa terhadap sepak bola Indonesia sangat besar, terutama melalui pembinaan pemain muda.
BACA JUGA:
Pelatih Asing: Keberagaman Asal Negara
Timnas Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menunjuk pelatih asing, yang berasal dari berbagai negara, termasuk:
- Eropa: Yugoslavia (Antun Pogacnik), Belanda (Johannes Mastenbroek , Wiel Coerver, Frans Van Balkom, Henk Wullems, Wim Rijsbergen, Pieter Huistra), Polandia (Marek Janota ) Rusia (Anatoly Polosin), Jerman (Bernd Fischer, Bernard Schumm), Austria (Alfred Riedl), Inggris (Peter Withe) Skotlandia (Simon McMenemy), Ivan Kolev (Bulgaria), Spanyol (Luis Milla) Serbia (Ivan Toplak) Italia (Romano Matte)
- Asia: Korea Selatan (Shin Tae-yong), Singapura (Choo Seng Quee).
- Amerika Selatan: Brasil (Jacksen F. Tiago), Argentina (Luis Manuel Blanco ).
- Spanyol: Luis Milla.
Pelatih asing umumnya diharapkan membawa pendekatan taktik dan strategi baru untuk meningkatkan kualitas permainan Indonesia.
Pelatih yang Dipecat dan Kembali Melatih
Beberapa pelatih pernah dipecat, tetapi kemudian dipercaya kembali menangani Timnas, di antaranya:
- Alfred Riedl: Melatih dalam tiga periode berbeda (2010-2011, 2013-2014, 2016). Keputusan mendatangkannya kembali mencerminkan kepercayaan PSSI terhadap visinya.
- Benny Dollo: Menghabiskan tiga periode sebagai pelatih (2001, 2008-2010, 2015), meski sempat menghadapi tekanan karena performa yang inkonsisten.
- Ivan Kolev: Melatih pada 2002-2004 dan kembali sebentar pada 2007.
- Endang Witarsa: Dipecat setelah 1970, namun kembali diberi kepercayaan pada 1972-1973 dan 1981.
Shin Tae-yong: Pelatih dengan Banyak Fans
Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan, telah menangani Timnas Indonesia sejak 2019. Ia dikenal dengan pendekatan modern dan komitmen dalam membangun fondasi jangka panjang. Meskipun masa kepelatihannya belum mencatatkan trofi besar, Shin telah membawa perubahan signifikan, termasuk memperbaiki kualitas fisik dan mental pemain muda Indonesia.
"Indonesia memiliki potensi besar. Kami fokus pada pembentukan mental juara dan taktik yang sesuai dengan standar internasional," kata STY dalam sebuah wawancara.
Pergantian pelatih yang sering terjadi mencerminkan tantangan besar dalam konsistensi dan keberlanjutan program pembinaan sepak bola Indonesia. Meskipun demikian, kehadiran pelatih seperti Antun Pogacnik, Alfred Riedl, dan Shin Tae-yong menunjukkan bahwa kerja keras dan strategi yang tepat dapat membawa Timnas Indonesia bersaing di tingkat internasional.
Ke depannya, stabilitas dan dukungan penuh terhadap pelatih yang bertugas akan menjadi kunci untuk mencapai prestasi yang lebih besar. Dengan pelatih seperti Shin Tae-yong, harapan untuk melihat Garuda terbang tinggi semakin mendekati kenyataan
Daftar Pelatih Timnas Indonesia
Johannes Mastenbroek (1934-1938)
Choo Seng Quee (1951-1953)
Antun Pogacnik (1954-1963)
EA Mangindaan (1966-1970)
Endang Witarsa (1970)
Djamat Dalhar (1971-1972)
Endang Witarsa (1972-1973)
Wiel Coerver (1975-1976)
Antun Pogacnik (1977)
Suwardi Arland (1977)
Marek Janota (1979)
Wiel Coerver (1979)
Frans Van Balkom (1980)
Harry Tjong (1980-1981)
Endang Witarsa (1981)
Bernd Fischer (1981)
Iswadi Idris (1983)
M.Basri (1983)
Sinyo Aliandoe (1985)
Harry Tjong (1985)
Bertje Matulapelwa (1986-1988)
M.Basri (1989)
Anatoly Polosin (1990-1992)
Danurwindo (1992)
Ivan Toplak (1992-1993)
Anatoly Polosin (1994)
Romano Matte (1995)
Danurwindo (1996)
Henk Wullems (1997)
Rusdy Bahalwan (1998)
Bernard Schumm (1999)
Nandar Iskandar (1999-2000)
Dananjaya (2000)
Benny Dolo (2001)
Ivan Kolev (2002-2004)
Peter White (2004-2007)
Ivan Kolev (2007)
Benny Dollo (2008-2010)
Alfred Riedl (2010-2011)
Wim Rijsbergen (2011-2012)
Aji Santoso (2012)
Nil Maizar (2012-2013)
Luis Manuel Blanco (2013)
Rahmad Darmawan (2013)
Jacksen F Tiago (2013)
Alfred Riedl (2013-2014)
Benny Dollo (2015)
Pieter Huistra (2015)
Alfred Riedl (2016)
Luis Milla (2017-2018)
Bima Sakti (2018)
Simon McMenemy (2018-2019)
Shin Tae-yong (2019-2024)