Bagikan:

JAKARTA - Badan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) akan mengubah hukum tentang pelatih yang mengganggu bola saat permainan berlangsung.

Rencana tersebut muncul setelah tindakan tidak sportif Manajer Arsenal, Mikel Arteta, yang secara keliru lolos dari kartu merah saat mengganggu bola sebelum keluar lapangan pertandingan.

Hal itu terjadi saat The Gunners kalah 0-1 dari Inter Milan pada laga Liga Champions di Giuseppe Meazza, 7 November 2024.

Kala itu, pemain bertahan Nerazzurri, Matteo Darmian, bergerak untuk mengoper bola yang akan dilempar ke dalam. Arteta mengambilnya sebelum bola melewati garis.

Wasit Istvan Kovacs memberi Arteta kartu kuning. Padahal, menurut Hukum Permainan Sepak Bola (Law of the Game) yang dirancang IFAB, hal itu seharusnya berbuah kartu merah.

Tahun ini, Manajer West Bromwich Albion, Carlos Corberan, dan pelatih kepala Kilmarnock (Liga Premier Skotlandia), Derek McInnes, sama-sama dikeluarkan dari lapangan dalam situasi serupa.

Tak heran, insiden tersebut memicu perhatian khusus dari IFAB. Setelah diskusi panjang pada Rapat Bisnis Tahunan pada Senin, 2 Desember 2024, IFAB merekomendasikan perubahan hukum.

Meskipun keputusan Kovacs di Giuseppe Meazza tidak tepat, IFAB percaya bahwa ketika satu-satunya tujuan pelatih adalah membantu permainan dimulai kembali dengan cepat-- seperti yang terjadi pada Arteta, Corberan, dan McInnes--maka peringatan adalah hasil disiplin yang lebih tepat.

Perubahan hukum, yang akan terjadi pada musim panas mendatang, harus disetujui pada Rapat Umum Tahunan IFAB tanggal 1 Maret 2025.

Satu-satunya hukum lain yang akan diubah mencakup bola yang dijatuhkan. Saat ini, jika sebuah tim menguasai bola dan mengoper bola kepada wasit, mereka tetap mendapatkan bola yang dijatuhkan.

Usulannya adalah jika operan tersebut melenceng dan jelas mengarah ke tim lawan, maka bola yang dijatuhkan harus diberikan kepada lawan.