Bagikan:

JAKARTA – Mantan petenis nomor satu dunia dan juara Grand Slam dua kali, Simona Halep, mengeluarkan kritik atas hukuman sebulan yang dijalani oleh Iga Swiatek karena kasus doping.

Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) mengumumkan pada Kamis, 28 November 2024, bahwa Swiatek dinyatakan positif menggunakan zat terlarang trimetazidine (TMZ) sehingga akan menjalani hukuman selama sebulan.

Halep, yang sebelumnya pernah terjerat masalah serupa dan tidak bisa berlaga selama 18 bulan karena pelanggaran dua kasus doping terpisah, lantas mengkritik keputusan itu.

Petenis berkebangsaan Rumania tersebut heran kenapa ITIA menggunakan pendekatan berbeda terhadap kasusnya dan Swiatek.

"Saya berdiri dan bertanya kepada diri sendiri mengapa ada perbedaan besar dalam perlakuan dan penilaian?" tulis Halep di Instagram, seperti dilansir BBC Sport.

Halep diskors sementara pada Oktober 2022 setelah dinyatakan positif menggunakan zat terlarang roxadustat. Itu adalah obat anti-anemia yang berfungsi untuk merangsang produksi sel darah merah dalam tubuh.

Petenis 33 tahun itu kemudian dilarang bermain selama empat tahun, tetapi belakangan dikurangi menjadi sembilan bulan pada Maret 2024 setelah banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).

Halep selalu mempertahankan bahwa dirinya tidak bersalah dan berdalih ia mengonsumsi suplemen yang terkontaminasi alias sama seperti yang dialami Swiatek.

"Saya kehilangan dua tahun dalam karier saya. Saya kehilangan banyak malam ketika saya tidak bisa tidur, pikiran, kecemasan, pertanyaan tanpa jawaban," demikian bunyi lanjutan unggahan itu.

TMZ yang dikonsumsi Swiatek merupakan obat jantung dalam sampel di luar kompetisi pada Agustus 2024 ketika dia masih menjadi petenis nomor satu dunia.

ITIA menerangkan bahwa pemenang lima kali gelar Grand Slam itu terkontaminasi obat melatonin tanpa resep, yang diproduksi dan dijual di Polandia. Obat ini dikonsumsi Swiatek untuk mengatasi jet lag dan masalah tidur.

"Tidak ada dua kasus yang sama, sering kali melibatkan keadaan yang berbeda, dan membandingkan keduanya tidak selalu membantu," kata seorang juru bicara ITIA.

Larangan terhadap Swiatek terjadi setelah atlet nomor satu dunia, Jannik Sinner, dinyatakan positif menggunakan clostebol pada Maret 2024.

ITIA sudah menyebut bahwa tidak ada kesalahan atau kelalaian yang melekat pada pemain Italia berusia 23 tahun itu. Namun, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) telah meluncurkan banding ke CAS.

"Kami menangani setiap kasus berdasarkan fakta dan bukti, bukan nama, peringkat, atau kewarganegaraan pemain. Jika zat terlarang ditemukan dalam tubuh pemain, kami akan menyelidikinya secara menyeluruh."

"Kami mengimbau para pemain untuk sangat berhati-hati saat mengonsumsi suplemen. Kami selalu senang menjawab pertanyaan apa pun yang mereka ajukan," kata ITIA.