JAKARTA - Pertandingan penuh rivalitas antara Real Madrid vs Barcelona bertajuk El Clasico akan menjadi sajian emosional akhir pekan ini.
Keduanya akan bentrok di Santiago Bernabeu pada Minggu, 27 Oktober 2024, dini hari WIB.
Selama 10 pekan yang sudah berjalan di La Liga 2024/2025, gol-gol banyak tercipta. Dua tim El Clasico itu memimpin produktivitas gol.
Barcelona menjadi tim terbanyak dengan 33 gol dalam 10 pertandingan. Menjelang akhir Oktober 2024, mereka akan memiliki delapan gol lebih banyak daripada tim lain di seluruh benua.
Real Madrid persis di bawahnya dengan koleksi 21 gol. Mereka awalnya juga difavoritkan akan memenangi El Clasico jilid pertama musim ini.
Gelar La Liga dan Liga Champions musim lalu jadi acuan. Ditambah lagi, Los Blancos baru merekrut penyerang terbaik di dunia, Kylian Mbappe.
Belum lagi fakta bahwa salah satu pemain Madrid, Vinicius Junior, menjadi favorit peraih Ballon d'Or.
Barcelona memang saat ini memimpin klasemen dengan selisih tiga poin dari Real Madrid di posisi kedua.
Hanya saja, Los Blancos belum terkalahkan, sama seperti Atletico Madrid, sedangkan Barca sudah menelan satu kekalahan dalam 10 laga liga.
BACA JUGA:
Namun, favoritisme terhadap pasukan Carlo Ancelotti bisa jadi meleset. Barcelona tampil maksimal, sementara Real Madrid belum sepenuhnya bangkit.
Lini serang Barcelona berkontribusi penting dalam memenangi lima pertandingan liga dengan selisih sedikitnya tiga gol.
Madrid hanya mencetak tiga gol dalam satu pertandingan La Liga sebanyak dua kali musim ini.
Deretan penyerang terbaik sepanjang masa yang diperkuat Vinicius, Mbappe, dan Jude Bellingham milik Madrid ternyata tidak lebih produktif ketimbang Barcelona.
Ada empat alasan mengapa Barcelona lebih diunggulkan ketimbang Real Madrid pada El Clasico akhir pekan ini
Tembakan Barcelona
Musim lalu, Barcelona mencetak 79 gol dari 78,47 gol yang diharapkan. Itu mungkin tampak normal karena angka-angkanya hampir selaras sempurna.
Namun, tim-tim terbaik di dunia hampir selalu melampaui angka dasar mereka di sisi penyerangan. Soalnya, mereka menciptakan banyak peluang bagi penyerang terbaik di dunia.
Hansi Flick, yang mengambil alih kendali Barcelona musim ini, melalui 10 pertandingan dengan mencetak 33 gol dari potensi 26,4.
Jika Barcelona menyelesaikan musim dengan rasio yang sama seperti musim lalu, mereka saat ini akan memiliki selisih gol +16.
Catatan itu akan tetap menjadi yang terbaik di liga, tetapi hanya sedikit di atas selisih Real Madrid +14 atau bahkan selisih Atletico Madrid saat ini +10.
Namun, ternyata Barcelona saat ini punya selisih gol melewati prediksi, yaitu +23.
Hansi Flick Meningkatkan Barcelona
Flick membawa peningkatan besar dari manajer sebelumnya, Xavi Hernandez.
Xavi tidak bisa disebut mananjer gagal di Barcelona. Toh, dia membuat Barcelona produktif.
Hanya saja, dia memiliki ide-idenya sendiri, tetapi tidak dapat benar-benar melakukan apa pun dalam jangka panjang yang dapat membantu para pemainnya melampaui level bakat kolektif mereka.
Nah, Flick melakukannya lebih baik. Tim-tim yang pernah dipegangnya tidak pernah gagal untuk menciptakan banyak peluang. Namun, agresi mereka terkadang menyebabkan kebobolan gol yang memalukan.
Flick memang bukan manajer sempurna. Sistemnya yang membuat sering kebobolan membuat Jerman kalah dari Jepang dan tersingkir di fase grup Piala Dunia 2022.
Jerman memang menghasilkan rata-rata 10,1 gol dan kebobolan 3,4 gol di babak penyisihan grup Piala Dunia 2022.
Masalahnya, mereka hanya mampu mengubah dominasi itu menjadi enam gol untuk lima kebobolan.
Alasan terbesar Flick gagal bersama Jerman adalah bahwa penyelesaian akhir sangat berfluktuasi dalam sampel tiga pertandingan.
Namun, ketika tiba di Barcelona, sistemnya ternyata cocok. Flick menolak sebagai manajer dengan profil tidak cukup agresif dan sering kali lebih takut kalah daripada berdedikasi untuk menang.
Ia ingin menyingkirkan lawan dari lapangan. Timnya akan menekan dengan keras, melepaskan banyak tembakan, dan menerima kenyataan bahwa mereka mungkin akan kehilangan beberapa peluang berkualitas tinggi di sisi lain.
Pendekatan itu akan membuat sebagian besar tim menjadi lebih baik. Benar saja, Barcelona menekan lebih agresif musim ini, menguasai lebih banyak wilayah, melepaskan lebih banyak tembakan, dan lebih sedikit kebobolan.
Kelemahan umum dari pendekatan ini ialah kebobolan peluang berkualitas tinggi. Barca asuhan Flick tidak menghindarinya tahun ini.
Hanya dua tim di La Liga yang memberikan peluang lebih baik kepada lawan mereka daripada Barca, yang kebobolan tembakan dengan nilai rata-rata 0,12.
Namun, hal itu agak dinegasikan oleh sedikitnya tembakan yang mereka terima, yaitu 8,5 per pertandingan, jumlah paling sedikit di La Liga.
Jika ditotal, mereka kebobolan paling sedikit keenam dari semua tim di liga.
Sekarang, pertahanan terbaik keenam untuk tim dengan sumber daya seperti Barcelona mungkin tidak terdengar istimewa. Akan tetapi, lihatlah bagaimana mereka dibandingkan dengan yang lain berdasarkan selisih gol yang diharapkan.
Dalam permainan dinamis, taktik adalah tentang pertukaran. Meningkatkan satu aspek permainan dapat membuat lebih baik dan membuat lebih buruk di sisi lain.
Namun, setelah melalui 10 pertandingan, Flick justru membawa soliditas pertahanan berkurang sedikit.
Pemain Terbaik Tersedia
Pemain-pemain terbaik Barcelona tersedia. Hal yang membuat Flick bangga adalah bahwa hampir semua perubahan personel Barcelona berasal dari internal.
Satu-satunya pemain besar yang mereka rekrut selama musim panas adalah Dani Olmo dari RB Leipzig. Sejauh ini ia hanya bermain 21 persen dari menit liga.
Lalu, para pemain Barcelona jauh lebih sehat daripada musim lalu.
Raphinha berjuang melawan cedera sepanjang musim 2023-24. Ia hanya bermain 40,1 persen dari menit terbanyak yang bisa diperoleh. Beda dengan musim ini yang mana ia bermain 90,1 persen.
Pedri juga telah bermain 74,4 persen musim ini, setelah hanya tampil 43,3 persen pada waktu yang sama musim sebelumnya. Hal yang sama berlaku untuk bek kiri Alejandro Balde yang mana dia naik menjadi 70,8 persen dari 40,3 musim lalu.
Flick juga mampu mengandalkan sejumlah pemain muda. Mereka lebih mampu menangani beban menit bermain yang lebih tinggi.
Pada usia 17 tahun, Lamine Yamal bermain selama 88,6 persen setelah tampil dalam sekitar dua pertiga waktu pertandingan musim lalu.
Pau Cubarsi yang juga berusia 17 tahun telah berubah dari musim suram (45,7 persen) menjadi andalan di lini belakang tengah (83,9 persen) musim ini.
Gelandang berusia 20 tahun, Marc Casado, yang hanya bermain selama 15 menit profesional sebelum musim ini, telah tampil dalam 62,4 persen menit bermain pada musim 2024/2025.
Hanya Gavi dan Frenkie de Jong yang cuma meraup menit bermain sedikit lantaran baru pulih dari cedera. Mereka telah bermain bersama selama 18 menit sejauh ini.
Real Madrid Belum Bekerja Baik
Seperti yang telah disebutkan, Madrid hanya tertinggal tiga poin dari Barcelona. Mereka tidak terkalahkan, tujuh kali menang dan tiga kali seri.
Masalahnya, mereka tidak sebagus itu. Madrid telah mencetak lima gol dari penalti musim ini, sama banyaknya dengan yang mereka lakukan dalam 38 pertandingan musim lalu.
Saat Madrid merekrut Mbappe pada Juni 2024, tampaknya penurunan kemungkinan besar akan terjadi di pertahanan. Los Blancos lebih mengedepankan trisula Mbappe, Vinicius, dan Rodrygo.
Namun, mereka melupakan sektor pertahanan. Bellingham tidak terlalu banyak bertahan dan lebih difokuskan menyokong trisula tadi.
Ternyata, fokus itu pun belum bekerja dengan baik. Madrid sejauh ini cuma menghasilkan 1,4 gol non-penalti per pertandingan. Padahal, musim lalu mereka mengemas 1,7 gol per laga di luar penalti musim lalu.
Mereka memiliki sedikit lebih banyak penguasaan bola di sepertiga akhir dan mencoba melakukan setengah tembakan ekstra per pertandingan, tetapi kualitas percobaannya telah menurun.
Meskipun menggunakan Mbappe, mungkin pelari off-ball terbaik dalam olahraga ini, jumlah umpan terobosan mereka yang dicoba per pertandingan cuma 1,2 dibandingkan 2,4 musim lalu.
Ketiga penyerang mereka semuanya juga berada di jalur untuk musim terburuk dalam karier mereka.
Mbappe rata-rata memiliki 0,62 gol yang diharapkan per 90 menit. Sementara Vinicius di angka 0,55 dan Rodrygo berada di angka 0,24.
Bellingham juga belum mampu bangkit. Dia cuma membuat rataan gol per 90 menit, yaitu 0,23. Catatan terbaik pemain Inggris itu sepanjang kariernya sebesar 0,62 musim lalu.
Masalahnya, jelas soal umpan kepada trisula Madrid tersebut. Semua pemain mereka kreatif dalam arti dapat menciptakan peluang bagi rekan setimnya.
Mereka semua melakukannya dengan masuk ke posisi yang baik tanpa bola atau dengan menggiring bola dan kemudian memberikan umpan sederhana kepada rekan setim yang berada di posisi lebih baik.
Hanya saja, kualitas itu ternyata belum efektif. Real Madrid masih belum bisa move on setelah kepergian Toni Kroos yang sudah pensiun.
Masih belum ada pemain yang menggantikan peran gelandang Jerman itu. Cuma Kroos yang bisa memberikan umpan seperti yang disukai para pemain tersebut.
Federico Valverde yang mewarisi nomor punggung Kroos sekaligus diharapkan melanjutkan perannya, ternyata belum mampu.
Solusi berupa membiarkan trisula bergerak bebas tanpa bola agar membujuk pemain bertahan keluar dari wilayah pertahanannya dan menciptakan ruang kosong pun belum berjalan.
Sementara itu, tiga penyerang Barcelona sudah melaksanakan perannya dengan baik musim ini.
Tiga penyerang Barca lebih baik ketimbang kepunyaan Madrid karena mereka saling melengkapi.
Robert Lewandowski mencetak 75 gol dalam hampir dua musim Bundesliga di bawah Flick di Bayern Munchen.
Dia adalah penyerang yang sempurna untuk pendekatan semacam ini. Dia tinggal di belakang garis pertahanan dan terus berlari ke area paling berbahaya di lapangan.
Ternyata, bahkan pada usia 35 tahun, dia mungkin masih menjadi predator sangat berbahaya dengan pendekatan milik Flick. Ia mencatat rata-rata 1,2 gol per 90 menit, hampir dua kali lipat rasio Mbappe.
Catatan itu lebih banyak dari yang ia catatkan di kedua musim bersama Flick di Bayern Munchen.
Dalam skema serangan balik, ia selalu berada di tengah kotak penalti, siap untuk menyelesaikan serangan dari salah satu pemain sayapnya.
Lalu, dalam penguasaan bola yang lebih stabil, para gelandang dan pemain bertahan menggiring bola, sementara Lewandowski berlari cepat, mencoba mencari ruang untuk bola ke kakinya atau di belakang garis pertahanan.
Lamine Yamal yang menyokong Lewandowski juga sama berbahayanya. Ia memimpin di seluruh Eropa dalam hal umpan progresif yang diterima dan umpan yang diselesaikan ke area penalti.
Dia menakutkan saat menerobos dari sisi kanan. Yamal mmeberikan celah di pertahanan lawan karena menarik banyak perhatian saat menguasai bola.
Yamal melepaskan 3,5 tembakan per 90 menit dan menciptakan 2,4 peluang. Dengan semua perhatian yang diberikan kepada pemain 17 tahun itu, lawan lupa Barca masih punya Raphinha di sisi lain.
Pemain asal Brasil itu memimpin tim dengan 1,24 gol per 90 menit dan merupakan pemain sayap sekunder yang ideal.