JAKARTA – Era dominasi "Big Three" di lapangan tenis sepertinya mencapai titik akhir pada tahun ini. Novak Djokovic pun ditakdirkan sebagai petenis terakhir yang memasuki senja hari dari era tersebut.
"Big Three" adalah julukan untuk trio papan atas dunia tenis yang mencakup Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer. Dua nama terakhir ini sudah mencapai titik akhir mereka dan Djokovic sepertinya akan segera menyusul.
Ketiga nama tersebut tercacat selalu memenangi setidaknya satu gelar Grand Slam di setiap musim sejak 2003. Namun, tahun ini catatan tersebut berakhir setelah Djokovic gagal menjaga gelarnya di US Open 2024.
BACA JUGA:
Trofi dari Grand Slam penutup musim tersebut tahun ini diangkat oleh petenis Italia dan nomor satu dunia, Jannik Sinner. Dia keluar sebagai juara setelah di final mengalahkan andalan tuan rumah, Taylor Frizt, pada Senin, 9 September 2024, dini hari WIB.
Trofi tersebut merupakan gelar kedua Sinner di Grand Slam. Sebelumnya, pada awal tahun ini, petenis berusia 23 tahun tersebut mengangkat gelar pertamanya di Australia Open 2024 setelah pada laga pemungkas menghentikan petenis Rusia, Daniil Medvedev.
Adapun dua gelar Grand Slam lainnya pada tahun ini diamankan oleh Carlos Alcaraz. Petenis berkebangsaan Spanyol itu total sudah punya empat trofi Grand Slam setelah memenangi Perancis Open dan Wimbledon 2024.
Dominasi dari kedua petenis belia itu pada tahun ini atas Djokovic sekaligus meredupkan kebesaran era "Big Three". Kekuasaan mereka selama lebih dari dua dakade mulai digerogoti oleh kedua nama baru di atas.
"Ini memang sedikit berbeda. Ini sesuatu yang baru, tetapi juga menyenangkan untuk dilihat. Senang melihat juara baru. Senang melihat persaingan baru. Saya rasa olahraga ini bagus karena memiliki juara baru," komentar Sinner menanggapi situasi itu dikutip Reuters.
Kejayaan dari era "Big Three" total memenangi 66 gelar Grand Slam dari total 81, dimulai dari gelar Wimbledon pertama Federer pada 2003 sampai dengan trofi Grand Slam ke-24 dalam karier Djokovic di Flushing Meadows tahun lalu.
Pensiunnya Federer dan cedera yang dialami Nadal membuat Djokovic harus seorang diri berjuang mengimbangi generasi muda tahun lalu.
Ia tercatat bisa memenangi tiga dari empat Grand Slam dan kemudian finis sebagai nomor satu dunia pada akhir tahun untuk ke delapan kalinya, yang merupakan sebuah rekor.
Tahun ini Djokovic menjalani kiprah yang berada jauh di bawah standarnya. Dimulai dari kekalahan melawan Sinner di semifinal Australia Open dan harus menepi dari ajang tanah liat Roland Garros lantaran cedera.
Pada Wimbledon 2024, ia berjalan jauh sampai ke babak final, tetapi kemudian menderita kekalahan melawan Alcaraz. Adapun di Grand Slam terakhir tahun ini, US Open, ia pulang lebih awal di babak ketiga setelah dihajar oleh petenis asal Australia, Alexei Popyrin.
Walaupun tidak merengkuh Grand Slam, petenis berusia 37 tahun ini dapat menghibur diri dengan medali emas di Olimpiade Paris 2024. Di sana, ia naik podium tertinggi setelah di final berhasil mengalahkan Alcaraz yang jauh lebih belia darinya.
"Dari sudut pandang yang lebih luas, tentu saja saya harus puas. Sulit untuk melihat perspektif yang lebih besar saat ini. Anda hanya marah dan kesal karena kalah dan cara bermain Anda."
"Namun, besok adalah hari yang baru. Saya jelas akan memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya," ujar Djokovic usai tersingkir di US Open 2024.
Dengan koleksi gelar Grand Slam saat ini, Djokovic pun masih sejajar dengan petenis Australia, Margert Court. Dengan demikian, ia hanya butuh satu gelar lagi untuk menjadi petenis tersukses dalam sejarah di sektor tunggal, baik putri maupun putra.
Kesempatan paling besar untuk menorehkan sejarah tersebut bisa dilakukan Djokovic di Australia Open pada Januari 2025, turnamen yang telah memberinya 10 gelar yang masih merupakan sebuah rekor pada saat ini.