Bagikan:

JAKARTA - Penyelenggaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara (Sumut) 2024 disorot mengenai kesiapan venue hingga jumlah cabang olahraga (Cabor) yang dinilai terlalu banyak.

Pengamat olahraga Fahmy Fachrezzy menilai persiapan penyelenggaran PON haruslah matang. Sebab, ajang olahraga itu mestinya menjadi pembinaan atlet yang bersifat kesinambungan.

“PON harus bersifat berkesinambungan, sehingga pelatih dan pengurus perlu menyusun program yang terus-menerus dari Popnas, Pomnas, PON, hingga Asian Games di masa depan. Ini akan membuat pembinaan atlet lebih terstruktur dan sistematis,” ujar Fahmy dalam keterangannya, Sabtu, 28 Agustus.

Kemudian, hal yang tak kalah penting yakni mengenai sarana dan prasarana yang disediakan oleh panitia. Termasuk soal venue yang harus sudah clear sebelum PON Aceh Sumut dimulai pada 8 hingga 20 September.

“⁠Hal yang sangat penting adalah sarana dan prasarana yang disediakan oleh panitia, termasuk venue itu harus sudah clear. Karena sejauh ini panitia belum siap, keteteran dalam mempersiapkan venue, makanya harus Ada evaluasi mendalam terhadap persiapan panitia dan venue,” sebutnya.

“Saran saya, panitia harus lebih ekstra dalam mempersiapkan venue di Aceh-Sumut, karena ini berdampak besar pada kualitas pertandingan dan penyelenggaraan,” sambung Fahmy.

Kemudian, pria yang merupakan pelatih Aerobic Gymnastics DKI Jakarta itu juga menduga adanya kepentingan tuan rumah agar mendapatkan mendali.

Termasuk, soal jumlah cabang olahraga yang ditapkan KONI terlalu banyak. Sebab, sebaiknya cabor yang diikutkan hanya cabang-cabang yang juga ada di Asian Games dan Olimpiade.

“Hal ini agar sejalan dengan program pembinaan atlet untuk cabang-cabang olahraga Olimpiade kedepan,” ujarnya.

Cabang olahraga yang akan dipertandingkan di PON Aceh Sumut jauh lebih banyak dibandingkan pagelaran beberapa PON sebelumnya. Bahkan Fahmy pun membandingkan dengan pekan olahraga nasional di Malaysia.

“Dari tahun-tahun sebelumnya, jumlah cabang olahraga di PON terus meningkat—dari Riau dengan 43 cabang, Jabar dengan 44 cabang, Papua dengan 37 cabang, dan tahun ini mencapai 65 cabang. Menurut saya, ini terlalu banyak jika dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Malaysia yang hanya memiliki 32-38 cabang dalam Asian Games,” kata Fahmy.