Bagikan:

JAKARTA – Kasus petinju Imane Khelif (Aljazair) dan Lin Yu Ting (Taiwan) yang menghebohkan di Olimpiade Paris 2024, menjadi bagian dari kekisruhan hubungan antara Asosiasi Tinju Amatir Internasional (IBA) dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC). Isu transgender lantas dikedepankan, demi menjatuhkan kredibilitas IOC yang dianggap tak becus mengurus tinju.

IOC dan IBA, yang semula bernama AIBA, memiliki hubungan yang buruk sejak Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Ketika itu IBA dipimpin arsitek yang juga pengusaha asal Taiwan, Wu Ching Kuo. Dia menjadi Presiden IBA sejak 2006, namun kemudian dilengserkan pada 2017 akibat kasus korupsi.

Wu lengser dan IBA punya presiden baru, orang Rusia bernama Umar Kremlev yang dipilih pada 12 Desember 2020. Kremlev punya sikap “ultra Rusia”. Aktivitas kantor IBA di Lausanne, Swiss dia pindahkan ke Moskow. Kremlev menjadikan perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, sebagai satu-satunya sponsor IBA. Dan yang paling gila, dia mengeluarkan Ukraina dari keanggotaan IBA.

Segala polah Kremlev membuat IOC di bawah presidennya, Thomas Bach, jengah. Gaya tangan besi dan semau gue Kremlev dalam mengelola IBA sangat tidak membuat IOC nyaman. Sampai akhirnya pada 22 Juni 2023, IBA dikeluarkan dari keanggotaan IOC. Itu adalah kali pertama dalam sejarah, sebuah federasi olahraga internasional dikeluarkan dari IOC.

IOC beralasan, IBA tak menunjukkan perbaikan berarti dalam tata kelola organisasi. Keuangan yang amburadul, tidak ada transparansi, serta korupsi menjadi alasan IOC memecat IBA. Keputusan IOC diperkuat oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) pada 2 April 2024, yang menolak gugatan IBA atas pemecatan dari IOC.

“Apa yang dilakukan IOC persis seperti deklarasi perang NAZI Jerman terhadap Uni Soviet. Ini adalah bencana global bagi tinju, dan IOC terang-terangan menunjukkan sikap yang bertentangan dengan klaim untuk selalu bertindak demi kepentingan atlet,” ujar Kremlev geram, menyikapi keputusan IOC.

Kebetulan, deklarasi perang NAZI Jerman terhadap Uni Soviet juga terjadi pada tanggal yang sama, 22 Juni 1941.

Kremlev dan IBA lantas diabaikan. Kelompok yang tidak sejalan dengan Kremlev lantas membentuk organisasi tinju amatir dunia yang baru, yaitu World Boxing. Organisasi yang bermarkas di Lausanne ini lahir hanya beberapa hari usai gugatan IBA ditolak CAS.

Jika dibandingkan IBA yang punya anggota 198 federasi nasional, World Boxing masih kecil karena hanya punya anggota 37 federasi. Kebanyakan anggotanya adalah negara-negara pro barat.

“Tinju harus bisa diselamatkan agar tetap ditandingkan di Olimpiade Los Angeles 2028. Hanya satu alasan untuk bergabung dengan World Boxing, yaitu untuk menyelamatkan tinju amatir,” ujar Boris van der Vorst, Presiden World Boxing asal Belanda kepada AP.

Saat ini Van der Vorst sedang mati-matian melobi IOC dan federasi tinju di negara-negara anggotanya untuk bergabung di World Boxing, sehingga tinju dapat ditampilkan di Olimpiade Los Angeles 2028.