Bagikan:

JAKARTA - Atletik adalah ibu dari segala jenis olahraga. Dalam ajang kompetisi olahraga multicabang, atletik selalu menjadi primadona. Apalagi jika bersaing di Olimpiade, atletik senantiasa jadi sorotan utama. Mereka harus mengorbankan kondisi fisik akibat latihan berat, sehingga banyak yang mengalami gangguan asma.

Tapi tahukah Anda, bahwa 20 persen atlet elite yang bersaing di Olimpiade Paris 2024 adalah penderita asma kronis? Terkesan aneh, namun itulah fakta yang ditemukan dari penelitian di Scandinavian Journal of Medicine & Science in Sports pada 2023

Kondisi tersebut dikenal sebagai exercise-induced bronchoconstriction (EIB), simpelnya disebut asma akibat olahraga.

“Seorang atlet elite akan mengalami risiko terserang asma dua kali lebih besar dibandingkan orang biasa,” kata John Dickinson, profesor Ilmu Olahraga dari University of Kent, Inggris.

Menurut Journal of Allergy and Clinical Immunology, atlet renang adalah kelompok paling berisiko terserang asma dibandingkan pelaku olahraga air lain.

“Salah satu pemicunya adalah gas dari zat klorin yang dipakai sebagai pembersih kolam. Gas tersebut mengambang di atas air, dan dihirup para perenang,” kata Dickinson lagi.

Di ajang Olimpiade, atlet penderita asma diizinkan memakai inhaler. Jenis, dosis, dan kandungan inhaler sangat dibatasi, sehingga obat tersebut tidak dikategorikan doping. Jelas di sini strategi yang solid harus dipersiapkan sebelum atlet berlaga di lapangan.

Pelari putri Inggris pemegang rekor dunia marathon selama 16 tahun, Paula Radcliffe adalah salah satu penderita asma kronis. Demikian pula dengan pelompat jauh dan atlet saptalomba putri kenamaan AS, Jackie Joyner-Kersee yang juga penderita asma kronis.