JAKARTA - Penyanyi-penulis lagu David Bayu membagikan pandangannya mengenai izin untuk membawakan lagu. Ia menyebut izin tersebut bergantung pada konteks penggunaan karya ciptanya.
Menurutnya, izin kepada pencipta lagu menjadi keharusan jika berada dalam konteks mechanical rights, namun ia mempertanyakan efisiensi izin jika berada dalam konteks performing rights, khususnya di pertunjukan musik.
“Kalau misalnya (pencipta lagunya) orang luar negeri ataupun misalnya kita mau nyanyiin lagunya (The) Rolling Stones, masa gue mesti DM atau Whatsapp Mick Jagger,” kata David Bayu di Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rabu, 12 Maret.
Eks vokalis Naif itu pun memberi contoh dari pengalaman beberapa band Indonesia yang pernah tampil di luar negeri.
“Misalnya kemarin ada musisi yang pernah manggung di luar negeri, ada band namanya FOS … Slank pun pernah ketika manggung ke luar, dari pihak acaranya itu meminta judul-judul lagunya. Nanti dari pihak acara itu akan membayarkan royalti ke penciptanya (lewat LMK lokal). Dan mekanismenya sudah berjalan seperti itu. Di luar pun kayak gitu,” tutur musisi 48 tahun itu.
David merasa penerapan yang lebih jelas dan tegas di luar negeri dapat dijadikan contoh untuk di Indonesia. Dia tidak mempermasalahkan izin, namun tidak sepakat dengan cara-cara yang di luar ketentuan yang ada.
“Kalau untuk izin segala macam ya harus ada, kulo nuwun sih pasti lah. Tapi kalau tiba-tiba ngegetok gitu, kita jadi bingung juga. Misalnya tiba-tiba kita habis nyanyi, terus ditelepon, ‘Eh lu tadi nyanyiin lagu gue ya? Bayar dong, sekian puluh juta.’ Wah, itu kan agak bingung juga kita sebagai penyanyi,” ujar David.
SEE ALSO:
“Bukan kita nggak mau juga. Kalaupun memang hukumnya pasti untuk lu harus bayar segini, ya kita ikuti. Tapi kalau ada pihak yang bisa kita percaya untuk kita titipkan haknya si pencipta ini, ya kita lebih nyaman untuk menjalankannya,” sambungnya.
Lebih lanjut, David juga mengaku kerap dihubungi lewat direct message (DM) untuk izin membawakan lagu ciptaannya. Namun, ia tidak pernah membalas pesan-pesan tersebut.
“Mau balesin satu-satu juga bingung, kalau gua bales semua jadi kayak tukang admin nih gua jadinya,” kata David. “Itu sudah ada publisher, dan saya juga masuk dalam Lembaga Manajemen Kolektif. Jadi, udah ada LMKN yang meng-collect juga.”